BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  LATAR 
BELAKANG.
Dengan berkembangnya segala bentuk industri yang
mempergunakan dan menghasilkan mesin di Indonesia, maka makin banyak
diperlukan tenaga terampil yang mampu mengatasi masalah perbaikan dan
perencanaan mesin. Namun justru dalam keadaan yang demikian itu akhir-akhir ini
dirasakan adanya kelemahan dalam pengetahuan dasar mesin pada para teknisi yang
berkecimpung dalam bidang permesinan. Kelemahan ini diantaranya diakibatkan
oleh kurangnya sarana pendidikan, baik yang formil maupun non-formil, bagi para
tenaga teknisi di Indonesia.
Salah satu sarana yang penting adalah buku. Maka penulis berharap dapat
memberikan sumbangan dalam rangka memperkokoh pengetahuan dasar dalam elemen
mesin bagi para teknisi dan tenaga profesional lainnya. Sesuai dengan maksudnya, tugas ini memberikan
pedoman dalam merencanakan dan memilih elemen mesin.
Sebagai
standar untuk menyatakan bahan, ukuran, jenis, dll. Didalam tugas ini
dipergunakan standar Jepang (JIS), ASME. Dengan dasar standar ini tidak ada
kesulitan dalam mencari ekuivalensi atau persamaannya dengan standar lain,
terutama standar internasional ISO dan standar lainnya yang terkenal di dunia.
1.2.  RUMUSAN  MASALAH
Berdasarkan judul tugas ini masalahg yang akan
dirumuskan adalah: diameter kopling yang dihasilkan, diameter poros mesin dan
kopling, ukuran dan material pasak yang digunakan, serta umur dan efisiensi
kopling.
1.3.       PEMILIHAN 
KOPLING  TIDAK TETAP
Sebuah
kopling tidak tetap adalah suatu elemen mesin yang menghubungkan poros yang
digerakkan dan poros penggerak, dengan putaran yang sama dalam menuruskan daya,
serta dapat melepaskan hubungan kedua poros tersebut baik dalam keadaan diam
maupun berputar.
             Macam-macam kopling tidak tetap
a.      
Kopling cakar
Konstruksi kopling ini adalah yang paling sederhana
dari antara kopling tak tetap lainnya. Kopling cakar persegi dapat meneruskan
momen dalam dua arah putaran, tetapi tidak dapat dihubungkan dalam keadaan
berputar. Dengan demikian tidak dapat sepenuhnya berfungsi sebagai kopling tak
tetap yang sebenarnya. Sebaliknya, kopling cakar spiral dapat dihubungkan dalam
keadaan berputar, tetapi hanya baik untuk satu arah putaran saja. Namun
demikian, karena timbulnya tumbukan yang besar jika dihubungkan dalam keadaan
berputar, maka cara menghubungkan semacam ini hanya boleh dilakukan jika poros
penggerak mempunyai putaran kurang dari 50 (rpm).
b.     
Kopling plat 
Kopling plat adalah suatu kopling yang menggunakan
satu plat atau lebih yang dipasang diantara kedua poros serta membuat kontak
dengan poros tersebut sehingga terjadi penerusan gaya melalui gesekan antara sesamanya. Konstruksi kopling ini cukup sederhana dan
dapat dihubungkan dan dilepaskan dalam keadaan berputar. Karena itu kopling ini
sangat banyak dipakai. Kopling plat dapat dibagi atas kopling plat tunggal dan
kopling plat ganda, yaitu berdasarkan banyaknya plat gesek yang dipakai, juga
dapat dibagi atas kopling basah dan kering, serta atas dasar cara pelayanannya
(manual, hidrolik, numatik, dan elektromagnitis). Macam mana yang akan dipilih
tergantug pada tujuan, kondisi kerja, lingkungan , dsb.
c.      
Kopling kerucut.
Kopling kerucut adalah suatu kopling gesek dengan
konstruksi sederhana dan mempunyai keuntungan diman dengan gaya aksial yang kecil dapat ditransmisikan
momen besar. Kopling macam ini dahulu banyak dipakai tetapi sekarang tidak
lagi, karena daya yang diteruskan tidak seragam. Meskipun demikian, dalam
keadaan dimana bentuk plat tidak dikehendaki, dan ada kemungkinan terkena
minyak, kopling kerucut sering lebih menguntungkan.
d.     
Kopling friwil
Dalam permesinan sering kali diperlukan kopling
yang dapat lepas dengan sendirinya bila poros penggerak mulai berputar lebih
lambat atau dalam arah berlawanan dari poros yang digerakkan. Kopling friwil
adalah kopling yang dikembangkan untuk maksud tersebut.
Bola-bola rol yang dipasang didalam ruangan yang
bentuknya sedemikian rupa sehingga jika poros penggerak (bagian dalam) berputar
searah jarum jam, maka gesekan yang timbul akan menyebabkan rol atau bola
terjepit diantara poros penggerak dan cincin luar, sehingga cincin luar bersama
poros yang digerakkan akan berputar meneruskan daya. 
Jika poros penggerak berputar berlawanan arah jarum
jam, atau jika poros yang digerakkan berputar lebih cepat daripada poros
penggerak, maka bola atau rol akan lepas dari jepitan sehingga tidak terjadi
penerusan momen lagi. Kopling ini sangat banyak gunanya dalam otomatisasi
mekanis.
Suatu bentuk lain dari kopling semacam ini,
menggunakan bentuk kam(nok) sebagai pengganti bola atau rol dan disebut kopling
kam.
BAB  II
I S I
 2.1.  
CARA  KERJA  KOPLING.
Kopling adalah yang gunanya untuk memutuskan
dan menghubungkan putaran mesin ke-as primer versneling. Type kopling menurut
susunan platnya, yang digunakan pada sepeda motor adalah kopling basah berplat
ganda.
Type kopling menurut cara kerjanya, yang
digunakan pada sepeda motor ada 2 macam, yaitu :
a.      
kopling mekanik.
b.     
kopling otomatis.
   
A.   Kopling mekanik
Yaitu
kopling yang bekerjanya diatur oleh handle kopling, kedudukan pesawat kopling
ada yang terdapat dikruk-as dan ada yang berkedudukan di-as primer versneling.
Posisi
kopling yang terdapat dikruk-as antara lain terdapat pada motor Honda S90,
S90Z, Vespa, Bajaj, dan lain-lain. Sedangkan untuk Honda CB100, CB125, Yamaha,
Suzuki, dan Kawasaki
letak koplingnya terdapat di-as primer. Versneling, tanda motor yang koplingnya
berkedudukan dikruk-as adalah motor tersebut tidak da[at dihidupkan(dislag)
waktu versneling masuk gigi.
Alat kopling mekanik.    
1.     
Mekanisme handle terdiri dari alat-alat :
a.      
handle.
b.     
Tali kopling / kabel kopling
c.      
Tuas / batang
d.     
Pen pendorong
2.     
Mekanisme kopling terdiri dari :
a.      
gigi primer kopling.
b.     
Rumah kopling / outer clutch.
c.      
Plat gesek / kampas kopling.
d.     
Plat kopling.
e.      
Per kopling
f.      
Baut / pengikat kopling.
g.     
Clutch tengah / center clutch.
h.      Plat penutup per dan plat dasar.
i.       
Dan
masih banyak yang lain merupakan alat-alat perlengkapan kopling.
Cara
kerja kopling mekanik.
Bila mesin dihidupkan dan handle kopling
tidak ditarik maka kopling bekerja menghubungkan putaran mesin sampai ke-as
primer versnaling yang berlangsung. Putaran kruk-as diteruskan oleh gigi primer
kruk-as kegigi primer kopling sehingga rumah kopling dengan kampasnya ikut
berputar. Karena kampas kopling dijepit oleh plat kopling yang mendapat tekanan
dari per-pernya, maka putaran kampas diteruskan keplat-plat tersebut. Plat
inilah yang ada hubungannya dengan center clutch yang berhubungan langsung
ke-as primer versneling sehingga putaran mesin diteruskan sampai ke-as primer,
yang biasanya disebut clutch in yang berarti kopling penghubung atau kopling
masuk. Bila saat mesin hidup handle kopling ditarik maka yang akan terjadi
adalah : Tali kopling menarik tuas dan tuas mendorong pen pendorong dan pen
pendorong menekan tutup per, sehingga plat dasar mundur. Dengan plat dasar
mundur menjepitnya plat-plat terhadap kampas kopling, menjadi renggang yang
berarti pula putaran mesin hanya sampai kekampas-kampas kopling saja. Inilah
yang disebut kopling memutus hubungan, karena putaran mesin tidak sampai ke-as
primer versneling disebut kopling pre.
B.     
Kopling otomatis.
Ialah
kopling yang bekerjany diatur oleh tinggi atau rendahnya putaran mesin itu
sendiri. Seperti halnya kopling mekanik, maka kopling otomatis juga ada yang
berkedudukan dikruk-as dan ada juga yang berkedudukan ai-as primer versneling.
Dasar
kerjnya adalah adanya gaya sentripugal, yaitu gaya mengarah keluar dari
suatu putaran. Karena semakin tinggi putaran maka semakin besar pula tenaga
yang ditimbulkan oleh gaya
sentripugal dan dimanfaatkan untuk mengatur kerja kopling otomatis.
Mengenai
mekanisme atau peralatan koplingnya tidak beda dengan peratan yang terdapat
pada kopling mekanik, hanya tidak terdapat perlengkapan handle dan sebagai
gantinya pada kopling otomatis ini terdapat alat khusus yang bekerja secara
otomatis pula, sedang alat-alat tersebut ialah sebagai berikut :
a.      
clutch advancer (kopling otomatis) yang terdapat pada
center clutch                                                     
untuk kopling yang kedudukan dikruk
b.     
roller weight (lager keseimbangan gaya berat) yang berguna untuk menekan plat
dasar waktu digas.
c.      
Per kopling yang lemah, berguna pada waktu mesin hidup,
langsam kopling dapat pre / nol / netral.
d.     
Per-per pangembali (spring of) untuk mengembalikan
dengan cepat dari posisi masuk keposisi netral, bila mesin hidup dari putaran
tinggi menjadi rendah
Dengan
alat-alat khusus inilah kopling otomatis dapat mengambil manfaat gaya sentripugal yang
ditimbulkan oleh mesin untuk mengatur bekerjanya.
Cara kerja kopling otomatis adalah sebagai
berikut : 
Waktu
mesin hidup dengan putaran rendah, maka gaya
sentripugal yang timbul masih lemah sehingga tidak dapat mengembangkan otomatis
kopling dan tidak dapat mengeluarkan roll weight dari kesusukannya. Hal ini
berarti kampas hanya dijepit oleh plat-plat yang bertekanan lemah, sehingga
putaran kampas tidak diteruskan keplat-plat atau sebaliknya. Dengan demikian kopling
memutus hubungan atau netral.
Bila
mesin digas dan putaran mesin tinggi gaya
sentripugal besar, maka otomatis kopling mengembang dan roll weight juga keluar
mendorong dasar plat kopling, ini berarti kampas-kampas kopling dijepit oleh
plat kopling yang mempunyai kekuatan sangat besar. Dengan demikian maka putaran
kampas diteruskan keplat-plat atau sebaliknya dan terjadilah kopling masuk /
meneruskan putaran dari kruk-as sampai ke-as primer versneling. Bila lepas gas
lagi maka dengan adanya per-per pengembali keadaan kopling akan segera berubah
keposisi netral, seperti sebelum digas.
Demikian
cara kerja kopling otomatis masuk dan pre mengikuti putaran mesin waktu digas
dan waktu tidak digas, waktu digas kopling masuk dan sebaliknya.   
2.2.    RUMUS  YANG 
DIGUNAKAN.
            Rumus                                 Satuan                          Keterangan
        P =  Kw                               Daya
                           Kw                               Daya
 Kw                               Daya
                           Kw                               Daya
        T = 9,74.105  kg.mm                          Momen rencana
                     kg.mm                          Momen rencana
 kg.mm                          Momen rencana
                     kg.mm                          Momen rencana
       Ta =  + T11                   kg.m                              Momen start
 + T11                   kg.m                              Momen start
 + T11                   kg.m                              Momen start
 + T11                   kg.m                              Momen start
        E =  x
 x  kg.m                             Kerja penghuibung
       kg.m                             Kerja penghuibung
 x
 x  kg.m                             Kerja penghuibung
       kg.m                             Kerja penghuibung
        tae =  s                                Waktu
penghubungan
                  s                                Waktu
penghubungan
 s                                Waktu
penghubungan
                  s                                Waktu
penghubungan
          T =  .F.rm                             kg.mm                          Momen gesek
.F.rm                             kg.mm                          Momen gesek
 .F.rm                             kg.mm                          Momen gesek
.F.rm                             kg.mm                          Momen gesek =
 =  kg/mm2                         Tegangan poros
                          kg/mm2                         Tegangan poros 
         d = [ kt cb
T]1/3                   
mm                              
Diameter poros
kt cb
T]1/3                   
mm                              
Diameter poros
 kt cb
T]1/3                   
mm                              
Diameter poros
kt cb
T]1/3                   
mm                              
Diameter poros =
 =  kg/mm2                         Tegangan geser pasak
                          kg/mm2                         Tegangan geser pasak
        F =  kg                                Gaya pada
permu. Poros
                                    kg                                Gaya pada
permu. Poros
 kg                                Gaya pada
permu. Poros
                                    kg                                Gaya pada
permu. Poros
      Ffr = 2 rm b z                            cm2                              Luas bidang gesek
 rm b z                            cm2                              Luas bidang gesek
 rm b z                            cm2                              Luas bidang gesek
 rm b z                            cm2                              Luas bidang gesek
        Nfr =  dk                              Daya yang hilang
                            dk                              Daya yang hilang
 dk                              Daya yang hilang
                            dk                              Daya yang hilang
        Ld 
=   jam                            Lama pemakaian plat
gesek
                      jam                            Lama pemakaian plat
gesek
 jam                            Lama pemakaian plat
gesek
                      jam                            Lama pemakaian plat
gesek
          S  =   kali / jam                     Banyaknya pemasangan
                   kali / jam                     Banyaknya pemasangan
 kali / jam                     Banyaknya pemasangan
                   kali / jam                     Banyaknya pemasangan
          L  =   hari                          Umur kopling
                       hari                          Umur kopling
 hari                          Umur kopling
                       hari                          Umur kopling =
 =   x 100%       
%                            
Efisiensi kopling                                                                 
                                           Nm
=
x 100%       
%                            
Efisiensi kopling                                                                 
                                           Nm
=   dk                            Daya mesin
        dk                            Daya mesin
             (referensi)   
         *  
Sularso & Suga Kiyokatsu. 1991. Dasar Perencanaan Dan Pemilihan
Elemen 
                           Mesin. PT Pradnya Paramita. Jakarta.    
*   Soeselo
Handoko. 1987. Service Sepeda Motor. CV Karya Utama. Surabaya.
*   Arsip
BAB  III
PERENCANAAN KOPLING RODA GIGI
MOTOR HONDA SUPRA
Data-data
Perbandingan kompressi  8,8 : 1 
(atm)
Putaran mesin (stasioner) nm
: 1400 rpm
Diameter piston : 50 mm (dp)
Diameter kruk as (diperkirakan) :
75 mm (dk)
Jenis kopling : ganda-otomatis
sentripugal, plat majemuk
Putaran poros kopling (nn)
: 750 rpm
GD2 : 4 kg.m2
Jika kopling aktif sekitar 3 jam
Frekuensi penghubungan , N:  3 (hb/min)
(penyelesaian)
3.1. PERENCANAAN DAYA.
3.1.1.  Tekanan yang diperoleh dari
perbandingan kompressi. 
     Dari konversi satuan tekanan, dapat
diketahui bahwa
                  1 N/mm2 = 9,87
atm    sehingga,
                        1 atm = 1/9,87 = 0,1
N/mm2    maka, 
     Tekanan kompressi   =  0,1
N/mm2  (8,8) = 0,9 N/mm2
     Gaya(F)
= Tekanan(P) . luas bidang tekanan(A) 
                                            
dimana :   A =  (dp)2
 (dp)2
 (dp)2
 (dp)2
                                                                 
=   (50)2  = 
1963,5 mm2
 (50)2  = 
1963,5 mm2
 (50)2  = 
1963,5 mm2
 (50)2  = 
1963,5 mm2
                  jadi     F = 0,9(1963,5)
= 1767,15 N
        F = 0,9(1963,5)
= 1767,15 N
 F = 0,9(1963,5)
= 1767,15 N
        F = 0,9(1963,5)
= 1767,15 N
       3.1.2. 
Daya operasi.
Diperoleh
dari     F =
     F =  dimana : d =
diameter operasi dalam (m)
     dimana : d =
diameter operasi dalam (m)
 F =
     F =  dimana : d =
diameter operasi dalam (m)
     dimana : d =
diameter operasi dalam (m)
                                         =  =
 = 
 =
 = 
                                           
dimana :   T = momen putar operasi
(Nm)
                                                            
d = diameter operasi (mm)
                                                            
P = daya operasi (kw)
                                                            
N = putaran operasi (rpm)
              
F =  (kw)
 (kw)
 (kw)
 (kw)
              
P =  =
 =  = 9,7 kw
 = 9,7 kw
 =
 =  = 9,7 kw
 = 9,7 kw3.2. MOMEN RENCANA.
3.2.1.      Dengan menganggap daya nominal motor 9,7
kw.
Pengambilan faktor keamanan
biasanya dapat digunakan dalam perencanaan, sehingga koreksi pertama dapat
diambil kecil.
              
fc = 1         maka
:    Pd = P.fc
                                              =
9,7(1) = 9,7 kw
3.2.2.     
Momen rencana.
Jika daya yang diberikan dalam
daya kuda (PS), maka harus dikalikan dengan 0,735.
dimana :       Pd =  maka,
     maka, 
 maka,
     maka, 
                        T = 9,74.105
 
 
 
 
a.       momen yang bekerja pada putaran mesin. 
                         Tm =
9,74.105  = 
9,74.105
 = 
9,74.105  
  
 = 
9,74.105
 = 
9,74.105  
  
                         Tm =
6748,43 kg.mm
       
b.   momen yang bekerja pada
putaran kopling.
                          Tn
=  9,74.105  =  9,74.105
 =  9,74.105  
  
 =  9,74.105
 =  9,74.105  
  
                          Tn =
12597,1 kg.mm
3.2.3.      Momen beban pada saat T11(kg.m2),
momen beban setelah start T12 (kg.m2).
Jika beban berat sudah bekerja sejak permulaan dan
harganya tidak diketahui, maka momen yang dihitung dari daya motor dapat
dipakai secara efektif
                                Dimana :   T11  Tn
  Tn
 Tn
  Tn
Maka momen maksimum pada kecepatan penuh dapat
dianggap T12 (kg.m)           
                     Sehingga :       Tn = T11 = 12,5971
kg.m = T12
3.3. WAKTU DAN KERJA PENGHUBUNGAN.
3.3.1.     
GD2 pada poros kopling, putaran relatif nr
(rpm).
               GD2 = 4
kg.m2    dan  putaran relatif  nr = n1- n2
                                                                             
= n1 – 0 
                                                                             
= 750 rpm.
3.3.2.      Waktu penghubungan rencana te
(s), faktor keamanan kopling (f).
      Ditentukan nilai te sebagai
perencanaan sekitar 0,4 (s).
Penentuan faktor keamanan,
dapat dilihat pada tabel 3.3 “SULARSO &                                                       
KIYOKATSU SUGA” cetakan ketujuh.
                         diperoleh   f = 2,3
3.3.3.     
Waktu penghubungan sesungguhnya.
                                tae
=  
  
 
  
                                            =  = 0,24 (s)
 = 0,24 (s)
 = 0,24 (s)
 = 0,24 (s)
                               jadi
perbandingan : tae < te 
=  0,24 < 0,4 
(s)                                    
3.3.4.     
Momen start Ta (kg.m).
Bila momen berat dikenakan dari permulaan, maka pilihlah kopling dengan Tdo
sebagai kapasitas momen gesekan dinamis dalam daerah berikut :
                                        
Tdo > Ta.f  
                                        
 
                                        
                     Ta
=  + T11
 + T11   ½ T12
  ½ T12
 + T11
 + T11   ½ T12
  ½ T12
                           Ta =  + T11
 + T11
 + T11
 + T11
                            Ta =  + 12,5971
 + 12,5971
 + 12,5971
 + 12,5971
                            Ta = 20
kg.m
                 Maka :   Ta.f = 20(2,3) = 46 kg.m                  
3.3.5.      Pemilihan nomor kopling, momen gesek
statis Tso, momen gesek dinamis Tdo.
            Nomor kopling = 70.       
      Penentuan momen gesek statis dapat
dilihat pada tabel 3.2 “SULARSO & KIYAKATSU SUGA” cetakan
ketujuh.
                Nilai  Tso = 70 kg.m2
       Penentuan momen gesek dinamis  dapat dilihat pada gambar                                          3.7“SULARSO
& KIYAKATSU SUGA” cetakan ketujuh.         
   Nilai 
Tdo =  61 kg.m2                             
        Sehingga syarat    Tdo >
Ta.f
     Tdo >
Ta.f  
                          
 Tdo >
Ta.f
     Tdo >
Ta.f  
                          
                                               
61 >
46      (baik)
3.3.6.  Kerja penghubungan yang
diizinkan Ea (kg.m).
Penentuan nilai Ea dapat dilihat melalui gambar 3.8 “SULARSO
& KIYAKATSU SUGA” cetakan ketujuh.
         Nilai Ea = 600
kg.m   
                       E =  x
 x 
 x
 x 
                          =  x
 x  = 436,4 kg.m
 = 436,4 kg.m
 x
 x  = 436,4 kg.m
 = 436,4 kg.m
           jadi perbandingan antara
:   E/Ea
<
1
 <
1      (baik)
<
1      (baik)3.4. DIAMETER KOPLING.
       3.4.1. 
Besar gaya
yang ditimbulkan. 
                
F =  (D22 - D12)Pa                       jika     D2 = diameter luar, dan
(D22 - D12)Pa                       jika     D2 = diameter luar, dan
 (D22 - D12)Pa                       jika     D2 = diameter luar, dan
(D22 - D12)Pa                       jika     D2 = diameter luar, dan
                                                                          
D1 = diameter dalam.     
Jika perbandingan  = 0,75  (perencanaan).
= 0,75  (perencanaan).                                                                               
 = 0,75  (perencanaan).
= 0,75  (perencanaan).                                                                               
         Jika bahan permukaan kontak berupa
besi cor dan serat, maka harga  dan Pa, dapat dilihat berdasarkan
tabel 3.1 “SULARSO & KIYAKATSU SUGA” cetakan ketujuh.
 dan Pa, dapat dilihat berdasarkan
tabel 3.1 “SULARSO & KIYAKATSU SUGA” cetakan ketujuh.
 dan Pa, dapat dilihat berdasarkan
tabel 3.1 “SULARSO & KIYAKATSU SUGA” cetakan ketujuh.
 dan Pa, dapat dilihat berdasarkan
tabel 3.1 “SULARSO & KIYAKATSU SUGA” cetakan ketujuh.
                          Sehingga
diperoleh:        
:                                        (dilumasi)
 (dilumasi)  0,05 ÷ 0,1  (pilih
0,1).
  0,05 ÷ 0,1  (pilih
0,1).
 (dilumasi)
 (dilumasi)  0,05 ÷ 0,1  (pilih
0,1).
  0,05 ÷ 0,1  (pilih
0,1).
                                       
Pa (kg/mm2)  
 0,005 ÷ 0,03 
(pilih0,03).
  0,005 ÷ 0,03 
(pilih0,03).
 0,005 ÷ 0,03 
(pilih0,03).
  0,005 ÷ 0,03 
(pilih0,03).
                        F =   (1 - 0,752)
0,03D22
(1 - 0,752)
0,03D22                                              
 (1 - 0,752)
0,03D22
(1 - 0,752)
0,03D22                                              
                        F = 0,01 D22     diperoleh gaya dengan fungsi D2.
    diperoleh gaya dengan fungsi D2.                  
 diperoleh gaya dengan fungsi D2.
    diperoleh gaya dengan fungsi D2.                  
3.4.2.   Jari
rata-rata.
 Karena perbandingan  = 0,75   maka D1
= 0,75 D2
= 0,75   maka D1
= 0,75 D2
 = 0,75   maka D1
= 0,75 D2
= 0,75   maka D1
= 0,75 D2
                                 rm
=  =
 =  
    
 =
 =  
    
                               = 0,44 D2. 
3.4.3.     
 Momen gesek.
Seluruh gaya
gesekan dianggap bekerja pada keliling rata-rata bidang gesek sehingga momennya
: 
                            T =  .F.rm =
0,1(0,01D22)(0,44D2)
.F.rm =
0,1(0,01D22)(0,44D2)
 .F.rm =
0,1(0,01D22)(0,44D2)
.F.rm =
0,1(0,01D22)(0,44D2)
                                     
=  4,4.10-4 D23     diperoleh momen fungsi D2.
   diperoleh momen fungsi D2.                   
 diperoleh momen fungsi D2.
   diperoleh momen fungsi D2.                   
3.4.4.  Menyamakan nlai momen rencana dan momen
gesekan.
Dengan menggunakan momen mesin
dan momen gesekan, D2 dapat dicari.
                               6748,43  =  4,4.10-4
D23
                                         D2
= [ ]1/3
]1/3
 ]1/3
]1/3
                                                    
= 248,45   250 mm.
  250 mm.
 250 mm.
  250 mm.
                   sehingga nilai D1
= 0,75 D2 = 0,75(250)
                                           D1 = 187,5 mm.
3.5. PEMILIHAN BAHAN DAN DIAMETER POROS.
3.5.1.     
Bahan poros, perlakuan panas kekuatan tarik  B , faktor keamanan Sf1 & Sf2.
B , faktor keamanan Sf1 & Sf2.
 B , faktor keamanan Sf1 & Sf2.
B , faktor keamanan Sf1 & Sf2.
-   Jika dalam
perencanaan digunakan  Bahan poros :
S45C  , maka menurut standar: baja karbon
konstruksi mesin ( JIS G 4501 )                     Maka, nilai  B = 58 kg/mm2.
B = 58 kg/mm2.
 B = 58 kg/mm2.
B = 58 kg/mm2.
-   Pemilihan faktor
keamanan didasarkan oleh anjuran ASME :
Sf1
= 6 untuk bahan S-C.           Sf2 =
1,5 – 3  (pilih 2).
3.5.2.     
Tegangan poros yang diizinkan.
 =
 =  =
 =  = 4,8 kg/mm2.
 = 4,8 kg/mm2.
3.5.3.     
Diameter poros. 
a.  diameter poros mesin.
dsm
= [ kt.cb.Tm]1/3
 kt.cb.Tm]1/3    
 kt.cb.Tm]1/3
 kt.cb.Tm]1/3    
                 = [ 1,5(1,75)(6748,43) ]1/3
 1,5(1,75)(6748,43) ]1/3
 1,5(1,75)(6748,43) ]1/3
 1,5(1,75)(6748,43) ]1/3
       
   dsm = 26,6  25 mm.
  25 mm.
 25 mm.
  25 mm.
b.  diameter
poros kopling.
dsn 
= [ kt.cb.Tn]1/3
 kt.cb.Tn]1/3    
 kt.cb.Tn]1/3
 kt.cb.Tn]1/3    
                 =
[ 1,5(1,75)(12597,1) ]1/3
 1,5(1,75)(12597,1) ]1/3
 1,5(1,75)(12597,1) ]1/3
 1,5(1,75)(12597,1) ]1/3
dsn  =
32,75   32 mm.
 32 mm.            
 32 mm.
 32 mm.            
3.6.  GAYA TANGENSIAL PADA PERMUKAAN
POROS.                           
3.6.1.     
Gaya
pada poros mesin.
      Gaya pada permukaan poros mesin.  
 
    
                F =  =
 = 
 =
 = 
                F = 539,87 kg.
3.6.2.     
Gaya
pada poros kopling.
      Gaya pada permukaan poros kopling.
                  F =  =
 = 
 =
 = 
                  F = 787,32 kg.
BAB IV
PERENCANAAN PASAK
4.1. 
PEMILIHAN  BAHAN  DAN 
UKURAN  PASAK.
4.1.1.    Pasak (ukurannya) lebar x
tinggi, kedalaman alur pasak poros t1, kedalaman alur pasak naf t2.
Berdasarkan jenis-jenis ukuran
pasak & alur pasak,terdapat pada tabel 1.8 “ SULARSO & KIYAKATSU
SUGA “ cetakan ketujuh:
(direncanakan)  Ukuran : 8 x 7   b x h  
(mm).
  b x h  
(mm).
 b x h  
(mm).
  b x h  
(mm).
                                       kedalaman alur pasak t1 = 4
mm.
                                       kedalaman
alur pasak naf t2 = 3,3 mm. 
4.1.2       
Bahan
pasak, perlakuan panas kekuatan tarik  B, faktor keamanan.
B, faktor keamanan. 
 B, faktor keamanan.
B, faktor keamanan. 
Bila dalam perencanaan
digunakan bahan: S50C, maka menurut standar baja karbon konstruksi mesin (
JIS  G 45011 ). 
                                            
nilai  = 62 kg/mm2 .
 = 62 kg/mm2 .          
 = 62 kg/mm2 .
 = 62 kg/mm2 .          
Pemilihan faktor keamanan
menurut standar ASME                                                  
             Harga Sfk1 umumnya
diambil: 6        
             Harga Sfk2 dipilih
antara:
-         
jika beban dikenakan secara perlahan :  1 ÷  1,5.
-         
jika
dikenakan dengan tumbukan ringan :  1,5 ÷ 3.
-         
jika
dikenakan secara tiba-tiba/tumbukan besar : 
2 ÷ 5. 
       dipilih keadaan kedua : Sfk2
= 1,5 ÷ 3   pilih 3 untuk tumbukan ringan.
  pilih 3 untuk tumbukan ringan.
 pilih 3 untuk tumbukan ringan.
  pilih 3 untuk tumbukan ringan.
4.1.3       
 Tekanan permukaan pasak yang diizinkan(Pk).
Harga Pk adalah
sebesar: 8 (kg/mm2) untuk poros dengan diameter kecil.
Harga Pk adalah
sebesar: 10 (kg/mm2) untuk poros dengan diameter besar, dan setengah
dari harga-harga diatas untuk poros dengan putaran tinggi.
Nilai Pk dapat
dirumuskan :  
                            Pk  
   untuk mendapatkan nilai I yang tidak
diketahui.
  untuk mendapatkan nilai I yang tidak
diketahui.
 
   untuk mendapatkan nilai I yang tidak
diketahui.
  untuk mendapatkan nilai I yang tidak
diketahui.
4.1.4       
 Tegangan geser pasak yang diizinkan.
 =
 =  =
  =   = 
3,44 kg/mm2.
  = 
3,44 kg/mm2.
4.1.5       
Panjang pasak dari tegangan geser yang diizinkan I1,
panjang pasak dari tekanan permukaan yang diizinkan I1.
 
  
    dimana:    b = ukuran lebar pasak.
          dimana:    b = ukuran lebar pasak.
                                                                        
b = 8 mm.     
                         3,44  
  
      27,52 I1
    27,52 I1   539,87
  539,87
 
  
      27,52 I1
    27,52 I1   539,87
  539,87
                                                                         
I1   19,617 mm
   19,617 mm
 19,617 mm
   19,617 mm
                            Pk    
    (dipakai t2)
    (dipakai t2)
 
    (dipakai t2)
    (dipakai t2)
                             8     
    
    26,4 I2
    26,4 I2    539,87
   539,87
 
    
    26,4 I2
    26,4 I2    539,87
   539,87
                                                                       I2     20,45 mm
   20,45 mm
 20,45 mm
   20,45 mm
4.1.6.   Harga terbesar dari I1 dan I2    20,45 mm.
    20,45 mm.
 20,45 mm.
    20,45 mm.
4.1.7.   Panjang pasak keseluruhan Ik
                       I1 + I2
= 19,617 + 20,45 = 40 mm    36 mm.
   36 mm.
 36 mm.
   36 mm.4.2. PENGUJIAN PERHITUNGAN PASAK.
                    4.2.1.   :    0,25 – 0,35.
   :    0,25 – 0,35.
 :    0,25 – 0,35.
   :    0,25 – 0,35. =  8 / 25 = 0,32 
baik! Karena ada diantara range.
  =  8 / 25 = 0,32 
baik! Karena ada diantara range.
 =  8 / 32 = 0,25  baik! Karena ada diantara range.
=  8 / 32 = 0,25  baik! Karena ada diantara range.
                   4.2.2.   :     0,75 – 1,5.
    :     0,75 – 1,5.  
 :     0,75 – 1,5.
    :     0,75 – 1,5.   = 36 / 25 =
1,44  baik! Karena ada diantara range.
   = 36 / 25 =
1,44  baik! Karena ada diantara range. = 36 / 32 =
1,125  baik! Karena ada diantara range.
    = 36 / 32 =
1,125  baik! Karena ada diantara range.
BAB   V
UMUR DAN EFISIENSI KOPLING
5.1.   UMUR KOPLING
Penentuan
umur kopling berguna untuk mengetahui sampai dimana ketahanan dari koling
tersebut bila telah mencapai umurnya. Umur kopling tergantung dari pemakaian
kopling apakah kontinyu atau tidak
(Perhitungan
umur kopling)
5.1.1.      Luas
bidang gesek      
                                          Ffr
= 2 rm b z  (cm2)
 rm b z  (cm2)
 rm b z  (cm2)
 rm b z  (cm2)
  Dimana :
                    
rm =   
   
 
   
                          =   =  109,38 mm
 =  109,38 mm
 =  109,38 mm
 =  109,38 mm
                     
rm =   109,38 mm
      b = lebar disk   = rout - rin
         = 125 - 93,75
      b = 31,25 mm
      z 
=  waktu penghubungan = 0,4 (s)
               jadi nilainya :   Ffr = 2 (109,38)(31,25)(0,4)
(109,38)(31,25)(0,4)
 (109,38)(31,25)(0,4)
(109,38)(31,25)(0,4)
                                             =
86 cm2
5.1.2.      Daya
yang hilang akibat gesekan
              
Nfr =  
   W = kerja kopling ,3 jam
 W = kerja kopling ,3 jam 
 
   W = kerja kopling ,3 jam
 W = kerja kopling ,3 jam 
         Dimana :       Afr =  
      
 
      
                                                      
Mfr  =  B. Tn
                                                       
B = faktor penyambungan, (1,2÷1,5)  pilih 1,5
 pilih 1,5
 pilih 1,5
 pilih 1,5
                                                          Tn = momen
rencana kopling, (12597,1 kgcm).
                                                         
n  = putaran poros, (750 rpm). 
                                                         
t   = waktu
penghubungansesungguhnya, (0,24 s).
                                                                
Mfr  =  1,5(12597,1) = 1889,565 kgcm     
                                           Afr
=  = 17.104
kgcm
 = 17.104
kgcm
 = 17.104
kgcm
 = 17.104
kgcm
                 Nfr  = 
 =  1,9
dk
  =  1,9
dk
 =  1,9
dk
  =  1,9
dk
5.1.3.      Lama
pemakaian plat gesek
                                   Ld  =   (jam)
(jam)
 (jam)
(jam)
                                                            
Dimana : 
                                                                         
   a= tebal plat gesek (0,2÷0,5)cm
                                                                                  
(Pilih 0,3 cm)
                                                         
                   Ak =
kerja yang dihasilkan oleh                                                                                 
plat gesek (5÷8)dk  (pilih 6
dk)
                                    Ld  =   =  81,47 jam
 =  81,47 jam
 =  81,47 jam
 =  81,47 jam
5.1.4.      Banyaknya
pemasangan 
                                      S  =  

                                =  

                           S   = 
366615  kali pemasangan tiap jam
5.1.5.      Banyaknya
pemasangan/pelepasan tiap jam
                           M  = 
S/2  =   
      
 
      
                           M  = 
183307,5  kali/jam.
        5.1.6.  Banyaknya pemeliharaan tiap jam (to)
                            to  =   (kali)
(kali)
 (kali)
(kali)
                                 =   
   
 
   
                            to  =  
203,67  kali
5.1.7. Jika dalam sehari kopling digunakan selama (N) 3 jam,
maka                          
pemeliharaannya dalam sehari adalah :
                            Po  =  Nto  = 
3(203,67)
                            Po  = 
611,03  kali
5.1.8.      Umur
kopling
                             L  =   =
 =  
 =
 =  
                             L 
=  480 hari, atau dalam setahun
sekitar 1,33 tahun.
5.2.      EFISIENSI
KOPLING
Penentuan efisiensi kopling dimaksudkan untuk
mengetahui sampai dimana kemampuan kerja kopling tersebut untuk memindahkan
daya maksimum kebagian transmisi lainnya.
    (perhitungan efisiensi)
 =
 =   x 100%
x 100%
                             dimana
:    
                                            
Nm =   
    
 
    
                                                  
Nmax =   =
 =   
    
 =
 =   
    
                                                  
Nmax =  20 dk.
                                                      
N  =  Daya mesin (dk)
                                                           
=   =
 =   
 
 =
 =   
 
                                                      
N  =  13,2 dk.
                                                       
z  =  penyambungan tiap jam  (30) 
dipilih.
                 Nm  =   = 13,3 dk
= 13,3 dk
 = 13,3 dk
= 13,3 dk
Jadi efisiensi kopling adalah : 
 =
 =   x  100% = 85,7%
 x  100% = 85,7% 
 
boleh minta di kirim ke email gak ? :)
BalasHapusdioersaputra@yahoo.co.id
bang knpa rumus2 nya pada ilang, , ??
BalasHapusbagi dong bleh gak, , ??
nih email aq nopri.hansen@ymail.com
bagi dong bro, kalo liat dr sularso aja ga cukup menjelaskan.
BalasHapusromeonazatio@gmail.com
Please, :p
boleh minta g bro?
BalasHapusklau boleh tolon dikirim email ya bro...
salam kenal ane farouq...
farouq09yaff@gmail.com
pada ilang rumusnya bro..
BalasHapusboleh minta ga? kirim ke email ane meraiarraziq@gmail.com
Thanks
bg,kirimkan bg mintak tolong saya bg, lagi ngerjain skripsi pliss :(
BalasHapuskingarjunaa@gmail.com
bg,kirimkan dulu filenya masalah nya rumusnya nggak kelihatan buat kerja laporan:
BalasHapus4ndiwiwin@gmail.com
bang, minta tolong kirim via email bang. rumusnya gak keliatan.
BalasHapusterimakasih
lut.pandji@gmail.com
minta filenya ya kak, tolong kirim ke email. terima kasih
BalasHapustututadelia0697@gmail.com
Kak boleh minta file-nya nggak? Saya membutuhkan rumus-rumusnya.. Kalau boleh tolong kirim via e-mail ke laraasdw@gmail.com
BalasHapusTerima kasih banyak...
bang, boleh minta filenya masalah nya rumusnya nggak kelihatan buat kerja laporan:
BalasHapusrohdi.ntama@gmail.com
Tolong kirim ke filenya dong mas, supaya kita bisa cpt cpt lulus. Udah menua ngampus terus
BalasHapusEmail:
Dimasadirks@gmail.com