BAB II
TEORI DASAR DAN RUMUS YANG DIGUNAKAN
A.
DEFLEKSI
Defleksi merupakan
merupakan peristiwa melengkungnya suatu batang yang ditumpu akibat adanya beban
yang bekerja pada batang tersebut. Beban yang dimaksud di sini dapat berupa
beban dari luar ataupun beban dari dalam karena pengaruh berat batang sendiri.
Dimana :
P : Beban
y :
Defleksi/Lendutan
Secara teoritis , besar kecilnya lendutan yang dialami suatu batang
dipengaruhi oleh beberapa faktor , antara lain :
1.
Faktor beban dimana bahan
mengalami defleksi akibat adanya beban besar.
2.
Faktor momen dimana defleksi
timbul akibat beban dengan asumsi pada sumbu X dan Y.
3.
Kekakuan batang. Semakin kaku
suatu batang maka lendutan akan semakin kecil terjadi pada batang bila batang
diberi beban begitupun sebaliknya.
4.
Besar kecilnya gaya yang
diberikan pada batang. Besar kecilnya gaya yang diberikan pada batang
berbanding lurus dengan besarnya defleksi yang terjadi. Dengan kata lain
semakin besar beban yang dialami batang maka defleksi yang terjadi pun akan
semakin besar.
5.
Jenis tumpuan yang diberikan
pada batang. Jumlah reaksi dan arah pada tiap jenis tumpuan berbeda-beda, oleh
karena itu besarnya defleksi pada penggunaan tumpuan yang berbeda-beda tidak
sama. Semakin banyak reaksi dari tumpuan yang melawan gaya dari beban maka
defleksi yang terjadi akan semakin kecil. Sejalan dengan hal tersebut maka
defleksi yang terjadi pada tumpuan rol lebih besar dari tumpuan pin (pasak),
dan defleksi yang terjadi pada tumpuan pin lebih besar dari tumpuan jepit.
6.
Jenis beban yang terjadi pada
batang. Beban terdistribusi merata dengan beban titik, keduanya memiliki kurva
defleksi yang berbeda-beda. Pada beban terdistribusi merata slope yang terjadi
pada bagian batang yang paling dekat dengan tumpuan lebih besar dari slope pada
beban titik. Ini karena sepanjang batang mengalami beban sedangkan pada beban
titik hanya terjadi pada daerah titik tertentu saja
B.
FENOMENA LENDUTAN BATANG
Untuk
setiap batang yang ditumpu akan melendut apabila padanya diberikan beban yang
cukup besar. Lendutan banyang untuk setiap titik dapat dihitung dengan
menggunakan metode diagram atau cara integral ganda dan untuk mengukur gaya
digunakan Load Cell.
Lendutan batang memegang
peranan penting dalam konstruksi terutama konstruksi mesin, dimana pada
bagian-bagian tertentu seperti pada poros, lendutan sangat tidak diinginkan.
Karena adanya lendutan maka kerja poros atau operasi mesin akan tidak normal
sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada bagian mesin atau pada bagian yang
lainny.
Dalam mendesain suatu barang, perhatian tidak hanya ditujukan pada tegangan
yang timbul akibar reaksi pembebanan, tetapi juga pada defleksi yang
ditimbulkan oleh beban tersebut. Selanjutnya dibuat ketentuan bahwa defleksi
maksimum tidak boleh melampaui suatu bagian kecil tertentu dari rentang batang.
Besar kecilnya lendutan yang dialami
suatu batang dipengaruhi oleh beberapa faktor, utamnya:
1.
Kekakuan
batang
2.
Besar
kecilnya gaya yang diberikan pada batang.
3.
Jenis
tumpuan yang diberikan pada batang.
4.
Jenis
beban yang terjadi pada batang.
C.
METODE PENYELESAIAN STATUR
Untuk setiap batang yang ditumpu akan melendut bila diberikan beban
yang besar. Lendutan batang memegang peranan penting dalam konstruksi, terutama
pada konstruksi mesin, dimana pada bagian tertentu seperti pada poros. Lendutan
sangat tidak diinginkan, karena dengan adanya lendutan maka operasi mesin tidak
normal sehingga menimbulkan kerusakan pada bagian mesin.
Metode Superposisi
Dalam menyelesaikan persamaan untuk bermacam-macam kondisi
pembebanan juga dapat digunakan metode superposisi. Lendutan balok akibat
beberapa beban yang bekerja bersama-sama dapat dihitung dengan superposisi dan
lendutan akibat setiap beban yang bekerja sendiri-sendiri.
Sebagai contoh jika V1 adalah lendutan akibat beban q1
dan V2 adalah lendutan akibat q2, maka total lendutan
akibat beban q1 dan q2 yang bekerja serentak adalah V1
+ V2.
Contoh pemakaian metode superposisi pada balok Kontiveler:
q
P
B
a L
Balok di atas memikul beban merata q
pada sebagian panjangnya dan sebuah beban terpusat (P) pada ujungnya.
Misalnya kita ingin mendapatkan lendutan d b pada ujung beban. Bila beban P saja yang bekerja maka lendutan di
B adalah:
A
Iδb
L
Θb
q b = PL2 / 2 EI
d b = PL3/3EI
Dan beban akibat beban merata sendiri (α = 4)
Untuk percobaan lendutan batang didasari oleh luasnya penggunaan
teori ini. Hal ini dapat dilihat pada elemen mesin yang mengalami beban dalam
keadaan tertentu . seperti poros mobil yang mengalami beban dalam keadaan
tertentu. Seperti poros mobil yang mengalami beban akibat berat koplinbg. Plat
gesek dan komponen lainnya. Dalam memahami dan mengerti prinsip defleksi batang
maka kekuatan dari suatu konstruksi dapat diketahui.
Untuk menentukan
jenis material yang digunakan biasanya ditentukan dasar deflrksi maksimum yang
diinginkan. Secara umum dapat ada beberapa cara untuk mengetahui lendutaan
batang, metode yang digunakan :
- Metode Super posisi
- Metode luas diagram momen
- Metode integral
- Metode energi
Semua cara diatas
dapat diketahui secara teoritis untuk mengetahui lendutan yang terjadi pada
suatu konstruksi. Namun perlu diketahui besarnya lendutan yang terjadi
berdasarkan percibaan.
D.
MACAM-MACAM TUMPUAN
Ada tiga
macam tumpuan yang dikenal pada balok yang dibebani oleh gaya yang bekerja
dalam bidang yang sama. Hal ini ditunjukkan oleh macamnya perlawanan yang
diberikan balok tersebut terhadap gaya tersebut.
1.
Tumpuan Rol
Alat ini mampu
melawan gaya gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik. Penghubung yang
terlihat pada gambar 2.1(a) dapat melawan gaya hanya dalam arah garis AB. Rol pada gambar 2.1(b) hanya dapat
melawan gaya yang vertikal, sedang rol-rol yang
terlihat dalam gambar 2.1(c) hanya dapat melawan sutu gaya yang tegak
lurus terhadap bidang CD.
Gambar 2.4 Tumpuan
Rol
2.
Tumpuan Pin/Engsel
Tumpuan yang
berpasak mampu melawan gaya yang bekerja dalam setiap arah dari bidang. Jadi,
pada umumnya, reaksi pada suatu tumpuan seperti ini mempunyai dua komponen,
yang satu dalam arah horizontal dan yang lainnya dalam arah vertikal. Tidak
seperti pada perbandingan pada tumpuan rol atau penghubung, maka perbandingan
antara komponen-komponen reaksi pada tumpuan yang berpasak tidaklah tetap.
Untuk menentukan kedua komponen ini, dua buah persamaa statika harus digunakan.
Gambar 2.5 Tumpuan
Pasak (Pin)
3.
Tumpuan Jepit
Tumpuan jenis ini
mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suatu kopel atau
momen. Secara fisis, tumpuan ini diperoleh dengan membangun sebuah balok ke
dalam suatu dinding batu bata, mengecornya ke dalam beton, atau melas ujung
balok ke dalam bangunan utama. Suatu sistem tiga gaya dapat muncul pada tumpuan
jenis ini, yaitu dua komponen gaya dan sebuah momen.
Gambar 2.6 Tumpuan jepit.
E.
MACAM MACAM BALOK
Balok
diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok, terutama tergantung pada macam
tumpuan yang digunakan, yaitu:
1. Balok tumpuan sederhana, bila tumpuan
tersebut berada pada ujung-ujung dan pada pasak atau rol.
2. Balok terjepit, bila ujung-ujungnya
mempunyai tumpuan jepit.
- Balok kantilever, bila salah satu ujung balok dijepit dan ujung lainnya bebas.
- Balok overhang (tergantung), bila balok dibangun melewati tumpuan.
- Balok continue (menerus), bila tumpuan-tumpuan antara terdapat pada balok continue secara fisis bekerja seperti balok.
- Balok terjepit pada satu ujung dan bertumpuan sederhana pada ujung lain.
Popov,E.P,Astamar,Z.1986.Mekanika
Teknik(Mechanics Of Material).Edisi Kedua.Penerbit Erlangga.Jakarta Pusat
F.
METODE-METODE LENDUTAN
1.
Metode integrasi ganda
Pandangan samping
permukaan netral balok yang melendut disebut kurva elastis balok (lihat
gambar). Gambar tersebut memperlihatkan bagaimana menetapkan persamaan kurva
ini, yaitu bagaimana menetapkan lendutan tegak y dari setiap titik dengan
terminologi koordinat x.
Pilihlah ujung kiri batang sebagai
origin sumbu x searah dengan kedudukan balok original tanpa lendutan, dan sumbu
Y arah keatas positif. Lendutan dianggap kecil sehingga tidak terdapat
perbedaan panjang original balok dengan proyeksi panjang lendutannya.
Konsekwensinya kurva elastis sangat datar dan kemiringannya pada setiap sangat
kecil. Harga kemiringan, tan , dengan kesalahan sangat kecil bisa dibuat sama
dengan , oleh karena itu
(a)
dan
(b)
Apabila kita
sekarang meninjau variasi dalam panjang
diferensial ds yang disebabkan oleh
lenturan pada balok, secara tidak nyata bahwa
ds = d (c)
Dimana adalah jari-jari kurva sepanjang busur ds. Karena
kurva elastis sangat datar, ds pada prakteknya sama dengan dx: sehingga dari
persamaan (c) dan (b) kita peroleh
atau (d)
Dimana rumus lentur
yang terjadi adalah
(e)
Dengan menyamakan
harga dari persamaan
(d) dan (e), kita peroleh
(f)
Persamaan
ini dikenal sebagai persamaan differensial kurva elastis balok. Perkalian EI,
disebut kekauan lentur balok, biasanya tetap sepanjang balok.
Apabila
persamaan (f) diintegrasi, andaikan EI kita peroleh
EI dx + (g)
Persamaan ini adalah persamaan kemiringan
yang menunjukkan kemiringan atau harga pada setiap titik. Dapat dicatat disini bahwa M
menyatakan persamaan momen yang dinyatakan dalam terminologi x, da adalah
konstanta yang dievaluasi dari kondisi pembebanan tertentu.
Sekarang
kita mengintegrasi persamaan (g) untuk memperoleh
Eiy
= dx dx + +
Persamaan ini adalah persamaan lendutan
kurva elastis yang dikehendaki guna menunjukkan harga y untuk setiap harga x; adalah
konstanta integrasi lain yang harus dievaluasi dari kondisi balok tertentu dan
pembebannya.
Apabila
kondisi pembebanan dirubah sepanjang balok, maka persamaan momen akan berubah
pula. Kasus ini membutuhkan penulisan sebuah persamaan momen secara terpisah
antara setiap perubahan titik pembebanan dua integrasi dari persamaan (f)
dibuat untuk setiap persamaan momen seperti itu. Pengevaluasian konstanta
integrasi menjadi sangat rumit. Kesulitan ini dapat dihindari dengan menuliskan
persamaan momen tunggal sedemikan rupa sehingga menjadi persamaan kontinu untuk
seluruh panjang balok meskipun pembebanan tidak seimbang.
2.
Metode momen luas
Metode yang berguna untuk menetapkan
kemiringan dan lendutan batang menyangkut luas diagram momen dan momen luas
adalah metode momen luas. Motode momen luas mempunyai batasan yang sama seperti
metode integrasi ganda. Gambar 2.2a memperlihatkan sebuah balok sederhana yang
mendukung satu titik pembebanan. Kurva elastis merupakan pandangan samping
permukaan netral dan diperlihatkan pada gambar 2.2b, dengan lendutan yang
diperbesar, diagram momen dianggap seperti gambar 2.2c.
Pada
gambar 2.2b terlihat bahwa jarak busur diukur sepanjang kurva elastis antara
dua penampang sama dengan , dimana adalah
jari-jari lengkungan kurva elastis pada kedudukan tertentu. Dari persamaan
momen lentur kita peroleh:
Dan karena ds = , kita sekarang menulis
Atau
Pada banyak kasus praktis kurva elastis
sangat datar sehingga tidak ada kesalahan serius yang diperbuat dengan
menganggap panjang ds = proyeksi dx. Dengan anggapan itu kita peroleh
Terlihat bahwa garis singgung ditarik ke
kurva elastis di C dan D pada gambar 2.2b dipisahkan oleh sudut yang sama dimana penampang OC dan OD (dengan
pembesaran detail) berputar relatif terhadap yang lain. Oleh karena itu,
perubahan kemiringan antara garis yang menyinggung kurva pada dua titik
sembarang A dan B akan sama dengan jumlah sudut-sudut kecil tersebut:
Dicatat juga bahwa pada gambar 2.2b jarak
dari B pada kurva elastis (diukur tegak lurus terhadap kedudukan balok
original) yang akan memotong garis singgung yang ditarik kekurva ini pada
setiap titik lain A adalah jumlah pintasan dt
yang timbul akibat garis singgung kekurva pada titik yang berdekatan.
Setiap pintasan ini dianggap sebagai busur lingkaran jari-jari x yang dipisahkan oleh sudut :
oleh karena itu
Dengan memasukkan harga kepersamaan
(b), kita memperoleh
Panjang dikenal sebagai
penyimpangan B dari garis singgung yang ditarik pada A, atau sebagai
penyimpangan tangensial B terhadap A. Subscrip menunjukkan bahwa penyimpangan
diukur dari B relatif terhadap garis singgung acuan yang ditarik dari A. Gambar
2.3 menggambarkan perbedaan antara dari A dari
garis singgung acuan pada B. Secara umum penyimpangan seperti ini tidak sama.
Pengertian geometris persamaan (c) dan (d)
mengembangkan dasar teori metode momen luas dari diagram momen pada gambar 2.2c
kita melihat bahwa M dx adalah luas
elemen arsiran yang berkedudukan pada jarak x
dari ordinat melalui B karena integral
M dx berarti jumlah elemen,
persamaan (c) bisa dinyatakan sebagai,
3.
Metode Superposisi
Metode
superposisi ini bila dipakai untuk semua persoalan
gaya defleksi yang linier yaitu dimana hubungan gaya dan defleksi berupa garis
lurus. Metode ini menggunakan prinsip bahwa pada setiap titik disepanjang
gelegar adalah sama dengan defleksi yang disebabkan oleh beban yang bekerja
secara terpisah-pisah.
4.
Metode Energi
Metode energi, seperti kita ketahui
bahwa kekekalan energi dapat digunakan untuk mendapatkan defleksi sebuah bagian
struktur yang mempunyai beban.
http://www.google.co.id/http://bambangpurwantana.staff.ugm.ac.id/KekuatanBahan
G.
APLIKASI LENDUTAN
1.
Jembatan Rangka
Batang(Truss)
Jembatan Rangka Batang terdiri dari dua
rangka bidang utama yang diikat bersama dengan balok-balok melintang dan
pengaku lateral. Rangka batang pada umumnya dipakai sebagai struktur pengaku
untuk jembatan gantung konvensional, karena memiliki kemampuan untuk dilalui
angin (aerodinamis) yang baik. Beratnya yang relatif ringan merupakan
keuntungan dalam pembangunannya, dimana jembatan bisa dirakit bagian demi
bagian.
Jembatan rangka batang jarang terlihat
memiliki estetika yang baik, namun untuk jembatan rangka yang panjang dan besar
faktor itu tidak begitu kentara karena pengaruh visual dalam skala besar.
Contoh terkenal dari jembatan rangka batang baja yang artistik adalah jembatan
Sydney Harbour di Australia dan jembatan New River George di West Virginia
(USA), dimana keduanya merupakan jembatan rangka batang yang berbentuk
pelengkung.
Jembatan Rangka
Batang Pelengkung
Sydney Harbour,
Australia
Jembatan Rangka
Batang Pelengkung
New River George,
West Virginia
Jembatan rangka batang ada beberapa
tipe. Disain, lokasi, dan bahan-bahan peyusunnya menentukan tipe rangka batang
apa yang akan dipakai. Pada awal masa revolusi industri, jembatan balok dengan
tambahan rangka batang berkembang sangat cepat di Amerika. Salah satu rangka
batang yang terkenal adalah rangka batang Howe, yang dipatenkan oleh William
pada tahun 1840. Inovasinya merupakan perkembangan dari rangka batang Kingpost,
bedanya ditambahkan batang vertikal diantara batang diagonalnya.
Tipe-tipe
Rangka Batang
Kelebihan Jembatan Rangka Batang
a.
Gaya batang utama merupakan
gaya aksial
b.
Dengan sistem badan terbuka
(open web) pada rangka batang dimungkinkan menggunakan tinggi maksimal
dibandingkan dengan jembatan balok tanpa rongga.
Kedua faktor diatas menyebabkan
pengurangan berat sendiri struktur.
Disamping itu, ukuran yang tinggi juga
mengurangi lendutan sehingga struktur lebih kaku. Keuntungan ini diperoleh
sebagai ganti dari biaya pabrikasi dan pemeliharaan yang lebih tinggi. Jembatan
rangka batang yang konvensional paling ekonomis untuk bentang sedang.
Kelemahan Jembatan
Rangka batang
a.
Efisiensi rangka batang
tergantung dari panjang bentangnya, artinya jika jembatan rangka batang dibuat
semakin panjang, maka ukuran dari rangka batang itu sendiri juga harus
diperbesar atau dibuat lebih tinggi dengan sudut yang lebih besar untuk menjaga
kekakuannya, sampai rangka batang itu mencapai titik dimana berat sendiri
jembatan terlalu besar sehingga rangka batang tidak mampu lagi mendukung beban
tersebut.
2. Rangka
Rangka berfungsi untuk mendukung mesin, kopling,
transmisi, pegas-pegas, dan pada rangka inilah dipasangkan body. Rangka ini
harus dapat memikul berat kendaraan dan tahan terhadap getaran-getaran,
goncangan-goncangan yang kuat yang disebabkan keadaan permukaan jalan yang
tidak rata, dan selain itu rangka harus ringan dan kukuh.
1. Rangka Bentuk H
Rangka model H adalah merupakan
bentuk dasar dari rangka chasis, dan terdiri dari dua buah balok memanjang yang
dikeling menjadi satu. Rangka model ini konstruksinya sangat sederhana dan
mudah dibuat sehingga banyak digunakan.
2. Rangka Perimeter
Rangka perimeter (perimeter frame) adalah satu model rangka yang banyak
digunakan pada mobil-mobil penumpang di Amerika. Rangka model ini dapat dikatakan
rangka bentuk H yang disempurnakan dan sesuai untuk digunakan pada mobil-mobil
penumpang.
Rangka ini dirancang untuk memungkinkan pinggiran body dapat ditempatkan
dibagian tengah sisi rangka, sehingga lantai body dalam dapat lebih rendah.
Dengan demikian memungkinkan untuk memperendah titik berat, dan membuat ruang
dalam mobil menjadi luas, serta mengurangi tinggi kendaraan.
3. Rangka Bentuk X
Rangka bentuk X ini terdiri dari balok memanjang yang dilaskan menjadi satu
dalam bentuk X, lengan ujung-ujung bagian depan dan belakangnya disatukan
dengan bagian-bagian balok sisi.
Bagian rangka yang berbentuk X dipasang dibagian tengah lantai, dengan
demikian lantai keseluruhannya dapat dibuat rendah. Selain itu juga
pintu-pintu dapat dibuat rendah, memudahkan keluar masuk kedalam mobil.
Konstruksi model ini tidak saja mempunyai titik berat rendah, tetapi juga
mempunyai kekuatan terhadap putaran (twist).
4.
Rangka Bentuk Tulang Punggung (Backbone Frame)
Rangka model ini seolah-olah merupakan bentuk rangka tunggal, dan pada
bagian tengahnya berfungsi sebagai punggung sedangkan lengan-lengannya yang
menonjol pada sisinya digunakan untuk memikul body. Pemindahan tenaga (power
train) dapat ditempatkan didalam bagian yang berbentuk tulang punggung dan pada
rangka model ini tidak terdapat bagian-bagian yang dipasang dibagian sisi (side
member). Lantai dapat dibuat lebih rendah, rendah lagi, sehingga titik beratnya
makin rendah. Walaupun rangka model ini banyak digunakan pada mobil-mobil
penumpang, sekarang ini terdapat pula truk yang mempergunakan rangka model
punggung ini.
5. Rangka Model Lantai (Platform Frame)
Pada jenis ini rangka dan body dilas menjadi satu, sehingga merupakan
gabungan antara bentuk yang diintegrasikan dan bentuk terpisah. Pada
kenyataannya dalam konstruksi ini tidak terdapat adanya perbaikan dari
konstrusi terdahulu, kecuali adanya kondisi yang lebih baik terhadap perubahan
bentuk. Sebab bila rangka tersebut dipasangkan bersatu dengan body maka selain
diperoleh interior yang lebih luas juga akan tahan terhadap bengkokan dan
puntiran.
Chasis atau frame atau rangka pada sepeda
motor ada beberapa tipe :
1. Single Crade Frame. Rangka single
cradle adalah rangka sepeda motor awal dan memiliki bentuk yang paling
sederhana. Pada Rangka tipe ini mesin dikelilingi oleh pipa logam. Pipa utama
yang terletak diatas umumnya memiliki ukuran yang lebih besar dibanding pipa
lainnya. Jenis motor yang banyak memakai chasis ini adalah motor klasik seperti
Zundapp. Motor offroad juga banyak yang memakai rangka ini.
Motor
dengan rangka Single Cradle
2. Double crade Frame. Rangka Double cradlemerupakan
pengembangan dari rangka single cradledengan modifikasi pada penambahan
jumlah pipa penyangga mesin. Rangka jenis ini diyakini lebih kaku, lebih kuat,
dan lebih ringan dibandingkan dengan rangka single frame karena
pemakaian pipa berdiameter lebih kecil. Walaupun sekarang banyak tergantikan
oleh jenis rangka perimeter, rangka double cradle banyak di pakai pada sepeda
motor harian seperti Yamaha Scorpio, Kawasaki Ninja R/L/RR /KRR 150 dan bahkan
Bajaj Pulsar dts-i 180
Chasis
Double Cradle
3. Backbone Frame. Rangka Backbone terdiri dari
Pipa utama tunggal yang menjadi tempat mesin menggantung. Rangka ini cukup
sederhana dan ongkos produksinya terbilang cukup ekonomis. Biasanya para
perancang juga menambah batang pipa dibagian depan yang mengarah kebawah untuk
membantu menyangga mesin, seperti yang terlihat di Rangka Honda Tiger dan Honda
Megapro
Backbone
Chasis
4. Perimeter
Frame. Sering kita salah kaprah menyebut jenis
rangka perimeter menjadi rangka deltabox. Rangka perimeter ini paling banyak
digunakan pada motor sport modern. Ada yang menyebut rangka jenis ini sebagai Twin
Spar Frame. Konsep dasar desain rangka perimeter adalah memperpendek jarak
antara setang setir dan lengan ayun, dengan tujuan agar segala macam efek-efek
mekanika bahan pembuat rangka seperti elastisitas serta getaran akibat raungan
mesin yang sedang dipacu dapat diminimalisasi sehingga dapat menambah kekakuan
(Rigidity) sepeda motor. Segala efek-efek kelendutan akibat jarak setang
dan lengan ayun yang panjang dapat dikurangi. Awalnya frame ini memakai bahan
baja, tapi sekarang umumnya beralih ke pemakaian alumunium alloy untuk
mengurangi beban motor seperti yang dipakai pada V-Ixion. Bahkan untuk motor
balap, bahan yang digunakan dapat berupa serat karbon yang notabenenya lebih
ringan tapi lebih kuat.
Chasis
Yamaha R-1
Chasis
Yamaha V-ixion
5. Trellis
Frame. Rangka teralis banyak digunakan pada sepeda motor italia. Rangka
ini menganut konsep dan dasar pemikiran yang sama dengan rangka perimeter tentu
dengan perbedaan bentuk. Rangka Teralis biasanya berbentuk jalinan pipa-pipa
turbular yang dilas satu-persatu. Bagi Produsen sepeda motor seperti Ducati dan
MV agusta, memproduksi rangka teralis lebih murah daripada rangka perimeter.
RangkaPerimeter akan ekonomis jika telah menyentuh basis produksi masal. Biaya
riset rangka teralis pun murah. Semakin banyak pipa-pipa menyilang maka rangka
akan semakin kaku, begitu juga sebaliknya. Tugas dari para periset sasis ducati
menentukan setingan kekakuan rangka yang diinginkan dengan hanya menambah dan
mengurangi potongan pipa pada rangka. Bayangkan dengan apa yang dilakukan untuk
menentukan setingan kekakuan rangka perimeter yang tepat. Para periset harus
menghitung berbagai macam variable macam kerapatan bahan dll, belum lagi harus
membuat prototype baru setiap kali riset.
Trellis
Chasis
Motor
dengan Trellis Chasis
6. Monocoque Frame. Rangka monokok boleh dibilang
rangka multi fungsi. Selain menjalankan fungsi rangka pada umumnya, rangka
monokok bisa berfungsi tangki bahan bakar dan lain-lain sehingga rangka
benar-benar merupakan bagian fisik utama motor yang terintegrasi secara utuh.
Skuter Vespa Piagio merupakan contoh sepeda motor yang mengaplikasikan rangka
jenis ini. Kawasaki Zx14 merupakan salah satu sportbike yang mengaplikasikan
tipe rangka monoshock.
monoshock
chasis
Kawasaki
ZX14 yang menggunakan monoshock chasis
H.
JENIS-JENIS PEMBEBANAN
1. Beban Titik
2. Pembebanan terbagi merata
3. Beban Segitiga
·
Perjanjian Tanda
1. Reaksi tumpuan menjadi (+) jika tumpuan itu ditekan
2. Gaya normal menjadi (+) sebagai gaya tarik
3. Gaya melintang menjadi (+) jika batang sebelah kiri suatu potongan
akan naik keatas
4. Moment lentur (M) menjadi positif jika ada gaya tarik pada sisi bawah
atau moment lentur (M) menjadi (+) jika moment disebelah kiri dari suatu
potongsn akan memutar searahputaran jarum jam.
http://tazziemania.wordpress.com/teknik/analisa-struktur/
sangat tidak membantu
BalasHapus