TEORI DASAR
A.
Definisi
Buckling
Peristiwa buckling
dapat terjadi pada batang langsing yang mendapatkan tekanan aksial. Batang plat
tipis adalah batang yang mempunyai perbandingan panjang dan jari-jari girasi
penampang yang besar.
B.
Penurunan
Rumus Euler
Rumus
yang digunakan untuk beban kritis Pcr dapat dibuktikan dengan
persamaan diferensial kurva relatif.
Analisis beban kritis menurut Euler
adalah :
Jenis-jenis tumpuan yang digunakan dalam
pengujian buckling adalah :
Ø Kondisi
Jepit - Jepit
Ø Kondisi
Engsel - Jepit
Ø Kondisi
Engsel - Engsel
Solusi umum untuk persamaan Euler di
atas adalah :
Boundary condition (syarat batas) untuk
kasus di atas adalah:
u/x = 0, maka y = 0
x = L, maka y = 0, dengan
memasukkan nilai BC diperoleh :
0 = C1 sin 0 + C2 cos 0
Dengan
memasukkan nilai syarat batas kedua diperoleh dengan nilai C2 = 0
adalah :
Persamaan
di atas benar jika C1 ≠
0 atau
dan arc sin = 0 (n = 0,1,2,3,…)
L
(P / El)1/2 = pn
Maka : (P / El)1/2 = pn
/ L
Untuk
tumpuan Engsel – Engsel dimana Le = L, diperoleh :
Untuk
tumpuan Engsel – Jepit dimana Le = 0,7L, diperoleh :
Untuk
tumpuan Jepit – Jepit dimana Le = 0,5L, diperoleh :
C.
Jenis-Jenis
Tumpuan
1. Tumpuan
Engsel – Jepit
Dari
gambar diatas terlihat bahwa pada ujung yang ditumpu dengan tumpuan jepit
bekerja 3 buah gaya sehingga daerah defleksi lebih mendekati tumpuan engsel
yang cuma mendapat 1 gaya.
2. Tumpuan
Engsel – Engsel
Pada tumpuan engsel – engsel kedua ujung
spesimen ditumpu oleh engsel. Pada tumpuan ini spesimen / material sangat mudah
patah. Karena tegangan kritisnya kecil. Hal ini disebabkan karena pada tumpuan
ini, yaitu pada ujung bagian spesimen / pada tumpuan hanya bekerja gaya yang
sejajar dengan sumbu batang dan gaya horisontal.
3. Tumpuan
Jepit – Jepit
Pada
tumpuan ini spesimen memiliki tegangan kritis yang besar (kemampuan terima
beban yang besar) dibandingkan dengan tumpuan engsel – engsel / engsel – jepit.
Karena pada kedua ujung spesimen bekerja tiga gaya yaitu gaya yang sejajar
dengan sumbu batang, gaya horisontal, dan momen gaya.
D.
Jenis-Jenis
Kolom
Kolom
adalah balok atau batang dengan dua penyangga terjepit atau kerangaka kaku yang
terjepit atau tertutup dengan satu sel didalamnya. setiap elemen konstruksi
selalu terdapat bagian yang hanya menerima beban aksial dari ujung-ujungnya dan
tidak ada beban transversal bagian ini disebut sebagai kolom. Sehingga kolom
tidak mengalami lenter secara langsung (tidak
ada beban langsung tegak lurus sumbernya).
Kolom berdasarkan panjang atau
kelangsingannya dapat dibagi menjadi dua yaitu :
-
kolom pendek
-
kolom panjang / langsing
1.
Kolom Pendek
Elemen struktur kolom yang mempunyai nilai perbandingan antara
panjangnya dengan dimensi penampang melintang relatif kecil disebut kolom
pendek. Kapasitas pikul beban kolom pendek tidak tergantung pada panjang kolom,
dan apabila mengalami beban berlebihan, kolom pendek umumnya akan gagal akibat
hancurnya material. Sehingga, kapasitas pikul beban = kekuatan material. Contoh
dari kolom pendeh adalah dinding bata .
2.
Kolom Panjang
Semakin panjang suatu kolom akan semakin langsing disebabkan
porosnya. Perilaku kolom panjang apabila diberi beban tekan sangat berbeda
dengan kolom pendek. Apabila bebannya kecil elemen dapat mempertahankan bentuk
linearnya. Apabila pertambahan beban sampai mencapai taraf tertentu, elemen
tersebut tiba-tiba tidak stabil, dan berubah bentuk ( melengkung ). Hal inilah
yang disebut fenomena tekuk ( buckling ).
E.
Diagram
Tegangan Regangan
Keterangan :
1. Titik
proporsional (p), daerah batas berlakunya hokum Hooke dimana t
dan e
berbanding lurus.
2. Titik
elastisitas (E), kondisi dimana dihilangkan maka spesimen kembali ke bentuk
semula
3. Titik
yelding (y), pada keadaan ini terjadi perpanjangan dan pengecilan titik.
4. Titik
ultimate (u), titik dimana tegangan maksimum dapat diterima.
5. Titik
break (B), titik dimana spesimen patah.
F.
Modulus
Elastisitas
Modulus elastisitas adalah
penjabaran matematis dari suatu kecenderungan objek atau bentuk untuk berubah
bentuk ketika diberikan suatu gaya. Modulus elastisitas dari suatu objek ditentukan
sebagai puncak dari kurva tegangan-regangan-nya:
Dimana:
lambda = modulus elastisitas
tegangan = gaya yang
menyebabkan perubahan dibagi dengan luas permukaan dimana gaya itu diberikan
regangan = rasio perubahan yang disebabkan oleh tegangan pada
bentuk asli dari suatu objek.
Karena tegangan diukur dalam pascal dan regangan adalah
perbandingan tanpa satuan, satuan untuk lambda adalah pascal. definisi
alternatif adalah modulus elastisitas adalah regangan yang dibutuhkan untuk
memperpanjang material dua kalinya. Hal ini tidaklah selalu benar untuk seluruh
material karena terkadang nilainya jauh lebih besar daripada tegangan batas
(yield stress) dari suatu material atau suatu titik dimana perpanjangan menjadi
tidak lagi linear (seimbang). Konsep dari modulus elastisitas yang konstan
tergantung pada perkiraan bahwa kurva tegangan regangan selalu lurus. Pada
kenyataannya, kurva tersebut hanya lurus hingga batas tertentu. Karena benda
yang ditarik atau ditekan secara berlebihan akhirnya akan gagal (patah), dan
benda pada tekanan tinggi dapat menanggung proses yang akan mempengaruhi kurva
tegangan regangan, misalnya reaksi kimia atau penekukan (buckling). Ada tiga
modulus elastisitas primer yang masing-masing menjelaskan bentuk deformasi yang
berbeda, seperti di bawah ini :
§ Modulus Young (E) menjelaskan
elastisitas kekakuan, atau kecenderungan suatu benda untuk berubah sepanjang
suatu sumbu ketika gaya yang berlawanan diberikan sepanjang sumbu tersebut; hal
ini dijelaskan sebagai perbandingan tegangan tekan terhadap tegangan tarik.
karena modulus elastisitas yang lain dapat dijelaskan dari ini, Modulus Young
sering dianggap sebagai modulus elastisitas. modulus Young adalah persamaan
matematika dari prinsip pengecualian Pauli.
§ Modulus geser atau modulus kekakuan
(G) menjelaskan kecenderungan suatu objek untuk bergeser (perubahan bentuk pada
volume konstan) ketika bergerak pada gaya yang berlawanan; hal ini ditentukan
sebagai tegangan geser dan regangan geser. modulus geser adalah bagian dari
perubahan viskositas.
§ Modulus bulk (kepadatan/ K)
menunjukkan elastisitas secara volumetric, atau kecenderungan suatu volume
objek untuk berubah akibat suatu penekanan; Hal ini didefinisikan sebagai
tegangan volumetrik, dan sebagai kebalikan dari kemampuan untuk ditekan.
modulus bulk adalah penurunan dari modulus Young secara tiga dimensi.
Sumber : Ee-boenk = A& = Candra
» Blog Archive » Modulus Elastisitas.htm
G.
Hukum
Newton I, II, III dan Hukum Hooke
Hukum Newton I
Setiap benda akan tetap bergerak lurus beraturan atau tetap
dalam keadaan diam jika tidak ada resultan gaya (F) yang bekerja pada benda
itu, jadi:
SF =0
a = 0 karena v = 0 (diam), atau v =
konstan (GLB)
Hukum Newton II
a = F/m
SF =ma
S F = jumlah gaya-gaya pada benda
m = massa benda
a = percepatan benda
Rumus ini sangat penting karena pada
hampir sema persoalan gerak {mendatar/ translasi (GLBB) dan melingkar
(GMB/GMBB)}yang berhubungan dengan percepatan dan massa benda dapat
diselesaikan dengan rumus tersebut.
Hukum Newton III
Jika suatu benda mengerjakan gaya
pada benda kedua maka benda kedua tersebut men gerjakan juga gaya pada benda
pertama, yang besar gayanya = gaya yang diterima tetapi berlawanan arah. Perlu
diperhatikan bahwa kedua gaya tersebut harus bekerja pada dua benda yang berlainan.
F aksi = - F reaksi
N dan T1 = aksi reaksi
(bekerja pada dua benda)
T2 dan W =
bukan aksi reaksi (bekerja pada tiga benda)
Hukum Hooke
Hukum ooke adalah hukum atau ketentuan
mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas. Besarnya gaya Hooke ini secara proporsional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari posisi
normalnya, atau lewat rumus matematis dapat digambarkan sebagai berikut:
di mana :
x = jarak pergerakan pegas dari
posisi normalnya (dalam unit meter).
H.
Karakteristik
Baja & Kuningan
Karakteristik Baja
1. Baja merupakan logam terkuat dimana baja
terdiri atas Fe + C. Bahan terbagi atas :
§ Baja karbon rendah = C < 0,2 %
§ Baja karbon sedang = 0,2 % < C >
0,5 %
§ Baja karbon tinggi = 0,5 % < C >
1,2 %
Semakin tinggi kadar karbon pada baja maka akan semakin keras baja
tersebut, tetapi getas.
2. Daya hantar panas dan listrik tinggi karena
sifatnya yang disebabkan oleh beberapa elektron yang terdislokasi dan dapat
meninggalkan logam dan induknya.
3. Sifat kedap cahaya dan daya pantul disebabkan
oleh tanggap elektron yang terdislokasi terhadap getaran elektron magnetik
frekuensi tinggi.
4. Pada suhu diatas setengah cair, pertumbuhan
butir lebih cepat pada suhu rendah. Batas butir mengalami deformasi oleh karena
itu baja berbutir halus lebih kuat dari bahan berbutir besar.
5. Pada baja dalam suhu tinggi besi berubah
struktur dan karbon didalamnya menjadi rapuh.
Karakteristik Kuningan
Paduan kuningan yaitu antara tembaga dan
seng. Biasanya kandungan seng sampai
kira-kira 40%. Dalam ketahanan terhadap korosi dan aus, kurang baik
dibandingkan dengan bronze. Tetapi lebih murah dan mampu cor lebih baik dari
bronze. Kuningan kekuatan tinggi merupakan kuningan
yang khusus ditambah mangan, nikel, aluminium, timah, dan sebagainya untuk
memperbaiki sifat-sifat mekaniknya.
I.
Aplikasi
Buckling
Perancangan
Pipa Bawah Laut
Metode
pengiriman minyak dan gas bumi lepas pantai dapat dengan menggunakan kapal
tanker dan pipa bawah laut. Metode pengiriman dengan menggunakan pipa dianggap
lebih handal dan murah. Keandalan metode ini salah satunya karena tidak
terpengaruh cuaca, baik terjadi badai ataupun tidak, pengiriman minyak dan gas
tidak akan mengalami gangguan. Kelebihan lain adalah biaya operasional yang
murah, investasi mahal hanya pada saat penginstalan pertama dan bersifat jangka
panjang. Apabila dengan menggunakan tanker maka biaya sewa akan sangat mahal,
belum lagi tidak beroperasinya kapal pada saat badai juga akan menyebabkan
kenaikan biaya yang signifikan. Oleh karena itu, penggunaan pipa merupakan
pilihan yang tepat dan efisien untuk investasi jangka panjang. Perencanaan
dalam perancangan pipa bawah laut harus matang agar pada saat beroperasi nanti
tidak akan terjadi kegagalan akibat kesalahan perancangan. Kesalahan dalam
perancangan akan mengakibatkan kerugian yang besar baik finansial maupun
material.
Secara umum alur dalam perancangan
pipa bawah laut dapat dilihat pada flowchart berikut ini:
1.
Cek
ketebalan pipa
Pada proses desain ketebalan pipa hawah laut pipa yang
digunakan harus memenuhi syarat kearnanan, dengan tidak mengabaikan
pertimbangan ekonomi dalarn pemilihan material pipa. Pipa yang berada pada
dasar laut akan mengalami gaya-gaya yang bekerja baik dari dalam pipa maupun
gaya lingkungan dan luar pipa.
2. Cek buckling
Pipa bawah laut akan mengalami
tekanan hidrostatis. Semakin dalam pipa berada maka tekanan hidrostatis yang
diterima pipa akan semakin besar. Kegagalan/keruntuhan pipa bawah laut dapat
disebabkan oleh banyak hal, diantaranya adalah perbandingan antara diameter dan
ketebalan pipa (D/t), keadaan stress strain pipa, tekanan hidrostatik serta
momen bending yang terjadi pada pipa
3. Analisis Span
Pipa bawah laut yang terkena beban hidrodinamis suatu ketika
akan mengalami kelelahan, karena akibatkan beban tersebut yang bersifat siklis.
Kelelahan pada struktur akan memicu terjadinya kegagalan. Tujuan dari analisa
span dinamis adalah untuk menentukan panjang span maksimum yang diijinkan agar
pipa terhindar dari respon-respon alami yang bisa menyebabkan kelelahan.
4. Stablitas pipa bawah laut
Pada saat proses desain pipeline
lepas pantai dilakukan, hal penting yang harus diperhatikan adalah kestabilan
pipa pada saat berada di dasar laut selama masa operasi atau sebelum pipa
tersebut mendapatkan kestabilan lainnya (trenching, burial, self burial). Ada
beberapa cara untuk menstabilkan pipa di dasar laut, diantaranya adalah dengan
mengurangi gaya-gaya yang bekerja pada pipa seperti dengan melakukan penguburan
pipa (burial), penggalian parit atau saluran untuk pipa (trenching).
5. Metode instalasi Guo et al (2005)
mengatakan bahwa metode instalasi pipa bawah laut yang umum antara lain:
#S-lay (Shallow to Deep)
Biasa digunakan untuk instalasi pipa
pada laut dangkal menuju dalam. Dengan kedalaman laut kurang dari 500 ft (Guo
et al, 2005). Umumnya digunakan instalasi pipa pada kedalaman laut menengah
yaitu 500 ft – 1000 ft (Guo et al, 2005).
#Reel lay (Intermediate to Deep)
Umumnya digunakan instalasi pipa pada
kedalaman laut menengah yaitu 500 ft – 1000 ft (Guo et al, 2005).
J.
Momen
Inersia
Momen inersia (Satuan SI : kg m2) adalah ukuran
kelembaman suatu benda untuk berotasi terhadap porosnya. Besaran ini adalah
analog rotasi daripada massa. Momen
inersia berperan dalam dinamika rotasi seperti massa dalam dinamika
dasar, dan menentukan hubungan antara momentum sudut
dan kecepatan sudut, momen gaya dan percepatan sudut, dan beberapa besaran
lain.
halooo mas .. mau hubungi mas erul bisa minta emailnya ? thanks .. salaam :)
BalasHapus