Dalam
proses pengecoran logam, ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan
untuk menghasilkan sebuah produk cetakan dari logam. Sebelum menuju
proses pengecoran, terlebih dahulu perlu kita ketahui pengertian dari
pengecoran itu sendiri. Pengecoran adalah proses pembuatan benda kerja
dari logam, dengan cara memanaskan logam hingga melebur atau meleleh
yang kemudian dituangkan ke dalam cetakan. Bahan – bahan logam yang akan
dilebur dipanaskan dalam dapur pemanas dengan temperatur tertentu
hingga mencair atau melebur.
Dalam
proses pengecoran, ada 3 tahapan yang harus dikerjakan, yaitu :
persiapan alat dan bahan; proses pengecoran dan evaluasi. Yang dimaksud
dengan evaluasi di sini adalah evaluasi terhadap benda kerja hasil
cetakan, mengenai kemungkinan terjadinya cacat pada benda hasil cetakan.
Berikut uraian singkat dari ketiga tahapan tersebut,
Pertama, persiapan alat dan bahan. Alat dan bahan yang harus disiapkan yaitu,
a. Pasir
untuk cetakan. Dalam proses pengecoran, pasir berfungsi untuk membuat
cetakan benda kerja yang akan dibuat. Pasir yang digunakan tidak
sembarangan, melainkan harus diuji terlebih dahulu untuk mengetahui
karakteristik yang diinginkan dalam proses pengecoran. Pasir yang
digunakan harus memiliki karakteristik sebagai berikut :
Ø Pasir
harus bersifat permiabilitas. Yaitu, pasir mampu atau memiliki celah
udara keluar ketika pasir dipadatkan dan mendapatkan tekanan dari logam
cair yang dituangkan pada cetakan pasir. Ketika logam cair dituangkan ke
cetakan pasir, akan memberikan tekanan udara untuk keluar, jika udara
tersebut tidak dapat keluar melalui celah – celah pasir, maka dapat
menyebabkan cacat pada benda cetakan.
Ø Pasir
harus memiliki titik lebur yang tinggi. Cairan logam yang dituangkan ke
dalam cetakan pasir, memiliki temperatur yang tinggi, apabila pasir
tidak memiliki titik lebur tinggi (lebih rendah dari titik lebur logam),
maka pasir cetakan akan ikut larut dengan logam cair yang dituangkan.
Cetakan pasir yang semula padat akan larut dengan logam cair, sehingga
dapat menyebabkan cacat pada hasil cetakan.
b. Menyiapkan
pola benda kerja (benda tiruan). Pola benda dibuat sama dengan benda
kerja yang akan dicetak, tetapi pada pola ukurannya dibuat lebih besar
sekitar 5 % dari ukuran benda yang akan dibuat. Misalnya, jika kita akan
mencetak benda yang ukuran panjangnya 10 mm, maka pada pola panjangnya
dibuat sebesar 10,5 mm. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyusutan
pada benda hasil pengecoran. Pola benda tiruan dapat dibuat dari logam,
kayu atau plastik. Namun, dari masing – masing bahan memiliki kelebihan
dan kelemahan masing – masing. Untuk pola yang terbuat dari kayu dan
plastik, proses pembuatannya lebih mudah dan biaya pembuatannya pun juga
lebih murah. Namun, pola yang terbuat dari kayu atau plastik hanya
dapat digunakan untuk produksi benda dalam jumlah yang relatif sedikit
atau non massal. Hal ini disebabkan ketika pola ditekan pada pasir
dengan cara dipukul, maka pola ini akan rusak atau pecah, karena kurang
kuat. Sedangkan pola yang terbuat dari logam, proses pembuatannya
sedikit lebih rumit dan biayannya agak mahal. Namun, pola yang terbuat
dari logam ini dapat digunakan dalam jangka waktu yang lebih panjang,
biasanya untuk produksi massal, karena pola dari logam lebih kuat
dibandingkan dengan pola yang terbuat kayu atau plastik.
c. Menyiapkan
rangka cetakan. Rangka cetakan ini terbuat papan kayu, yang terdiri
dari bagian cup dan drag. Cup adalah papan bagian atas, sedangkan drag
adalah papan bagian bawah. Pada sisi luar, antara cup dan drag diberi
pengunci, dengan maksud untuk menghindari terjadiya gerakan atau geseran
antara cup dan drag. Apabila rangka ini bergeser ketika antara cup
disambung (ditumpuk) di atas drag, maka cetakan pasir dalam rangka akan
rusak.
d. Menyiapkan
dapur pemanas atau tungku. Dapur pemanas ini berfungsi untuk melebur
logam yang akan dicetak. Dapur pemanas terdiri dari tungku (tempat
peleburan logam) dan dapur pembakaran. Bahan bakar yang digunakan untuk
proses pembakaran bermacam – macam, ada yang menggunakan tenaga listrik,
yang sistemnya menyerupai seterika listrik, serta ada juga yang
menggunkan bahan bakar minyak dan gas sebagai bahan bakarnya.
e. Menyiapkan
bahan logam yang akan dilebur. Peleburan logam dapat dilakukan untuk
bermacam – macam logam, seperti : besi; baja; aluminium; baja paduan
tembaga (perunggu, kuningan, perunggu aluminium); paduan ringan (paduan
aluminium, paduan magnesium); serta paduan lain seperti paduan seng,
monel (paduan nikel dengan sedikit tembaga), hasteloy (paduan yang
mengandung molibdenum, khrom dan silikon).
Tahapan kedua, yaitu pengecoran logam. Pada tahap ini hal yang harus dilakukan adalah :
a. Membuat
cetakan benda yang akan dicetak pada pasir. Dilakukan dengan cara
memadatkan pasir pada rangka cetakan, menekan pasir yang sebelumnya
telah ditanami pola benda tiruan. Pasir ditekan dan dipukul agar padat,
sehingga cetakan pasir tidak rusak dan ikut larut ketika logam cair
dituangkan.
b. Menggabungkan cup dan drag, dengan catatan posisi cup dan drag harus benar – benar tepat dan pas tidak boleh bergeser.
c. Membuat saluran masuk untuk menuangkan logam cair pada cetakan pasir.
d. Proses
peleburan logam. Logam – logam yang akan dilebur dimasukkan ke dalam
dapur pemanas, dan dipanaskan sampai temperatur tertentu, hinga logam
tersebut benar – benar melebur atau meleleh.
e. Tuangkan
logam cair tersebut ke dalam cetakan pasir yang telah dibuat sebelumnya
melalui saluran masuk. Ketika menuangkan logam cair, jangan terlalu
tinggi dari cetakan pasir karena dapat menyebabkan temperatur logam cair
tersebut berkurang.
f. Biarkan
cetakan mengeras, tunggu sekitar 10 sampai 15 menit, tergantung dari
besar besar – kecilnya dan tebal – tipisnya benda yang dibuat.
g. Bongkar
cetakan pasir dari kerangka, ambil benda hasil pengecoran dan bersihkan
pasir yang masih menempel, kemudian potong saluran masuk tempat
penuangan cairan dan haluskan dengan garinda.
Pada
tahap akhir proses pengecoran adalah evaluasi. Evaluasi di sini
maksudnya adalah menganalisa benda kerja hasil pengecoran. Yang perlu
dianalisa adalah terjadinya cacat yang mungkin terjadi selama proses
pengecoran. Prosesnya yaitu mengamati benda hasil pengecoran, mencari
cacat yang terjadi, mencari penyebab cacat yang terjadi selama proses
pegecoran, serta memberikan penyelesaian cara mengatasinya. Evaluasi ini
dilakukan untuk dapat digunakan sebagai antisipasi pada proses
pengecoran berikutnya agar tidak terjadi lagi kesalahan atau cacat pada
benda hasil pengecoran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar