II. TEORI DASAR
A. Pengertian Lapisan Batas
Pengertian lapisan batas adalah daerah dimana aliran
mengalami hambatan karena adanya tegangan geser yang besar pada permukaan
benda, sehingga partikel-partikel fluida terpaksa berhenti pada sekitar
permukaan benda karena geseran viskos.
Aliran fluida sejati mana pun selalu menunjukkan
adanya suatu daerah yang alirannya terhambat, yaitu dekat batas yang
kecepatannya relatif terhadap batas bervariasi antara nol pada batas hingga
suatu harga yang dapat diduga dari solusi aliran potensial di titik yang agak
jauh dari situ. Daerah yang alirannya terhambat ini disebut lapisan batas (boundary layer) dan ketebalan lapisan
batas itu sendiri dinyatakan dengan δ.
Proses pembentukan lapisan batas mungkin poling baik
bila divisualisasikan dengan membayangkan aliran di sepanjang sebuah pelat
rata. Misalkan ada aliran seragam sebuah fluida tak dapat mampat mendekati
pelat dengan kecepatan arus bebas us (Gambar 7-2). Ketika fluida
mencapai tepi sebelah depan, tegangan geser yang besar terbentuk dekat dengan
permukaan pelat karena partikel-partikel fluida yang tiba di situ terpaksa
berhenti dan partikel-partikel yang cukup dekat dan normal terhadap plat
dihambat oleh geseran viscous.
Lapisan batas menebal dalam arah yang sama dengan
arah aliran, akibatnya perubahan kecepatan dari nol di permukaan pelat hingga us
pada jarak δ semakin jauh menjadi semakin besar. Laju perubahan kecepatan tadi
menentukan gradient kecepatan di permukaan plat dan karena itu tegangan
gesernya juga.
Pada jarak memanjang tertentu di sepanjang pelat xc, aliran dalam lapisan
batas laminer. Jika kecepatan us untuk suatu fluida bertambah, xc
justru berkurang sedemikian rupa sehingga hasil kali us xc
pada dasarnya tidak berubah. Harga tetapan ini bervariasi secara langsung
menurut viskositas kinematik fluida yang bersangkutan, dan bila fluida yang
digunakan berbeda, nisbah
boleh dikatakan tidak berubah. Nisbah ini adalah
salah satu bentuk angka Reynolds. Peralihan dari lapisan batas laminar ke
lapisan batas turbulen bergantung pada kekasaran pelat don tingkat turbulensi
dalam arus bebas, selain bergantung pada
nisbah us xc /
v. Baik kekasaran pelat,
tingkat turbulensi yang tinggi
dalam arus bebas, atau jika arus bebas tidak seragarn, perlambatan yang dialami
oleh arus bebas akan menyebabkan terjadinya peralihan di daerah dekat pangkal
pelat (dengan harga xc lebih kecil).
Apabila suatu fluida mengalir maka akan kehilangan
energi akibat adanya gaya tahanan yang ditimbulkan oleh adanya pemisahan
aliran. Dalam kategori pertama, tahanan disebabkan secara langsung oleh efek
viskos. Jadi oleh tegangan tangensial disebut tekanan viska atau tahanan gesek.
Kategori sedikit walaupun tak secara langsung oleh efek viskositas disebabkan
karena tekanan jadi oleh gaya-gaya normal dan disebut tahanan bentuk oleh
tahanan tekanan.
Aliran berlapis sangat tahan terhadap gradien
merugikan dibelakang silinder dan pemisahan terjadi pada θ = 82˚. Sudah tentu
dapat diramalkan dengan teori aliran alur ombak buritan yang melebur dan
tekanan yang sangat rendah pada daerah berlapis yang menimbulkan seretan sebesr
CD = 1,2.
(web.ipb.ac.id/~erizal/.../lapisanbatas.pdf )
Gambar
1: Boundary Layer
Gambar
2: Gambar Alat Boundary Layer
Gambar
3: Boundary Layer
(web.ipb.ac.id/~erizal/.../lapisanbatas.pdf )
B. Aliran Berkembang Penuh
Aliran berkembang penuh merupakan aliran belapis dan
aliran bergolak keduanya bisa terjadi di bagian dalam (internal) artinya
dibatasi oleh dinding atau bagian luar (ekstenal ) yang tak terbataskan.
Aliran berkembang penuh terjadi pada internal flow
dimana pada aliran ini aliran berkembang penuh setelah melewati lapisan batas.
(lontar.ui.ac.id/opac/.../abstrakpdf.jsp?id)
Gambar
4: Aliran Berkembang Penuh
(lontar.ui.ac.id/opac/.../abstrakpdf.jsp?id)
Suatu aliran dalam terkendala oleh dinding – dinding
yang membatasinya dan efek kekentalan akan meluas keseluruh aliran itu. Gambar
diatas menunjukkan suatu aliran dalam pipa yang panjang. Terdapat daerah masuk
dimana aliran hulu yang hamparan mengumpul dan memasuki pipa lapisan batas yang
kental masuk ke hilir menahan aliran aksial u (r,x) pada dinding dan dengan
demikian mempercepat aliran kebagian tengah untuk tetap memenuhi syarat
kontinuitas yang tak termampatkan
Q =
= konstan
Q
= (tanda integral) u dA =
konstan
Pada jarak tertentu dari lubang masuk, lapisan batas itu
mengumpul dan teras yang encer itu hilang. Aliran pipa itu lalu mengental
seluruhnya dan kecepatan aksialnya sedikit demi sedikit menyesuaikan dirinya
sampai pada x = Lc .
Pada x = Lc yang tidak berubah lagi dan disebut
aliran berkembang penuh. Artinya U ≈ u/r dibagian hilir atau x = Lc profil
kecepatan tetap.
Gesekan dindingnya tetap dan tekanannya menurun
secara linear dengan x, baik untuk aliran berlapis maupun aliran bergolak.
Darat ditunjukkan dengan analisis dimensi bahwa
bilangan Reynolds adalah salah satunya parameter yang menentukan panjang masuk.
Jika
Lc = f (d,V,ρ,U) v = Q/A
Maka Lc/d =
g (ρuda/U) = g (Re)
Untuk aliran berlapis korelasi yang diterima adalah Lc/d ≈ 44
Red1/6 bergolak
Gambar 5: Perkembangan Profil Kecepatan Danperubahan
Tekanan Di Lubang Masuk Suatu Aliran
Talang / Pipa.
(lontar.ui.ac.id/opac/.../abstrakpdf.jsp?id)
C. Jenis-jenis Head Loss
Head Loss (kerugian tinggi tekan) merupakan suatu
kerugian yang dialami aliran fluida selama bersirkulasi dimana kerugian itu
tergantung pada geometri penampang saluran dan parameter-parameter fluida serta
aliran itu sendiri. Kerugian tinggi tekan (head loss) dapat dibedakan atas,
kerugian dalam pipa (major losses) dan kerugian pada perubahan geometri (minor
losses).
1. Kerugian Gesekan Dalam
Pipa Atau Mayor Losses
Kerugian gesekan dalam pipa atau Mayor
losses merupakan kerugian yang disebabkan oleh gesekan aliran dengan pipa
sepanjang litasan. Kerugian gesekan untuk perhitungan aliran didalam pipa pada
umumnya dipakai persamaan Darcy-Weisbach
:
Keterangan :
hL : kerugian gesekan dalam pipa/mayor losses
(m)
f : koefisien gesek
L : panjang pipa (m)
D :
diameter dalam pipa (m)
V :
kecepatan aliran fluida (m/s)
g :
percepatan gravitasi (m/s2)
2. Kerugian Akibat Perubahan Geometri/Luas
Penampang (Minor Losses)
Minor losses merupakan kerugian yang disebabkan
oleh gesekan aliran dalam pipa akibat perubahan luas penampang/geometri.
Misalnya terjadi penyempitan luas penampang. Merupakan kerugian head
pada fitting dan valve yang terdapat sepanjang sistem perpipaan. Dapat dicari
dengan menggunakan Rumus :
dimana :
hlf : Minor
losses
n :
jumlah fitting/valve untuk diameter yang sama
k :
koefisien gesekan
V :
kecepatan rata-rata aliran
g :
percepatan gravitasi
Dalam menghitung
kerugian pada fitting dan valve dapat menggunakan tabel pada lampiran 4.
Besaran ini menyatakan kerugian pada fitting dan valve dalam ukuran panjang
ekivalen dari pipa lurus.
3. Total Losses
Total losses merupakan kerugian total sistem perpipaan, yaitu :
Hls = hlp + hlf
atau
hl = f.
.
hl : Total losses.
hlp : Jumlah mayor losses
(kerugian gesekan dalam pipa).
hlf : Jumlah minor losses
(kerugian head pada fitting dan valve).
Le : Panjang ekivalen dari
fitting dan valve ditambah panjang pipa.
D.
Persamaan
Osborn Reynold
Aliran
fluida (cair atau
gas) dalam saluran
tertutup sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Pada
kenyataannya, kecepatan fluida
dalam pipa bergantung pada
jenis alirannya. Jenis
aliran juga mempengaruhi
dalam penentuan gaya friksi yang bekerja pada fluida.
Osborne
Reynolds (1842-1912) merupakan
orang yang pertama
kali membedakan jenis aliran,
yaitu aliran laminar
dan aliran turbulen.
Pada percobaan ini akan diamatisifat aliran
laminar, turbulen, dan
transisi secara visualisasi dan
teoritis. Secara visualisasi,
percobaan dilakukan cengan mengamati gerak zat warna dalam aliran
pipa lurus yang akan menunjukan pola aliran tersebut. Zat warna yang dipakai
adalah tinta. Jika tinta tersebut bergerak secara teratur dan mempunyai garis
edar yang sejajar dan berlapis-lapis, maka aliran tersebut
adalah laminar. Aliran
disebut turbulen jika
tinta bergerak menyebar tidak
menentu. Apabila terjadi perpindahan kondisi dari aliran laminar dan aliran
turbulen, maka aliran tersebut adalah aliran transisi.
1. Debit
Besarnya debit yang mengalir
merupakan besarnya volume
fluida per satuan waktu.
Perhitungannya dapat dilakukan
dengan cara mengukur volume fluida dalam gelas ukur pada selang
waktu tertentu.
Q=Vt
Keterangan :
Q = debit aliran
V = volume fluida dalam gelas
ukur
t = waktu
pengukuran selama penampungan
fluida
dalam gelas
ukur
Fluida yang dialirkan menggunakan pompa sehingga debit yang
keluar tidak sama dari waktu ke waktu, sehingga pengukuran dilakukan 3
kali kemudian dibuat rata-rata. Sebagai acuan, waktu pengukuran diambil tetap
untuk debit yang sama.
Qrata-rata=V1+V2 +V3 t
Keterangan :
Qrata-rata = debit aliran
rata-rata
V1, V2 , V3 = volume air pada pengukuran ke 1, 2, 3
t =
waktu pengukuran
2.
Persamaan Kontinuitas
Massa fluida yang
bergerak tidak berubah ketika mengalir. Fakta ini membimbing kita pada hubungan
kuantitatif penting yang disebut persamaan kontinuitas.
Gambar 6: Laju Aliran Massa
(lontar.ui.ac.id/opac/.../abstrakpdf.jsp?id)
Volume fluida yang
mengalir pada bagian pertama, V1,
yang melewati luasan A1 dengan laju v1 selama
rentang waktu ∆t adalah A1v1
∆t. Dengan mengetahui hubungan Volume
dan Massa jenis, maka laju aliran massa yang melalui luasan A1
adalah:
Keadaan
yang sama terjadi pada bagian kedua. Laju aliran massa yang melewati A2
selama rentang waktu ∆t adalah:
Volume
fluida yang mengalir selama rentang waktu ∆t pada luasan A1 akan
memiliki jumlah yang sama dengan volume yang mengalir pada A2. Dengan demikian:
Atau
ρ.A.V = konstan (tetap)
3.
Bilangan Reynold
Bilangan Reynolds adalah suatu bilangan tak
berdimensi yang digunakan untuk menentukan jenis aliran, apakah aliran itu
tergolong aliran laminar atau aliran turbulent. Hal ini dikemukakan oleh
Osborne Reynolds pada tahun 1883.
Bilangan Reynolds adalah perkalian dari massa
jenis aliran dengan kecepatan aliran dan diameter penampang yang kemudian
dibagi dengan viskositas dinamis.
Bilangan Reynolds sangat dipengaruhi oleh
kecepatan aliran fluida dan kekentalan fluida.
Bilangan Reynolds terbagi dua, yaitu :
a. Internal
flow
Merupakan aliran fluida yang mengalir di dalam
pipa. Untuk aliran internal, jenis aliran yang terjadi dapat diketahui dengan
mendapatkan bilangan Reynoldnya dari persamaan:
Keterangan : Re = Bilangan
Reynold
V = Kecepatan Fluida
D
= Diameter pipa/saluran
v =
Viskositas Kinematis
b.
Eksternal Flow
Adalah aliran fluida diluar atau aliran fluida
yang mengalir pada permukaan suatu benda. Untuk menentukan jenis aliran,
dapat diketahui dengan menentukan nilai bilangan Reynoldsnya dengan persamaan :
Keterangan : Re = Bilangan
Reynold
V = Kecepatan Fluida
L = Panjang Karakteristik benda
v =
Viskositas Kinematis
Bukti Reynold tidak memiliki satuan :
Re =
Re
=
=
Batasan
bilangan Reynolds :
Untuk aliran internal
Turbulent : Re > 4500
Laminar : Re < 2300
Transisi : 2300 < Re < 4500
Untuk aliran eksternal
Turbulen : Re > 1000000
Laminar : Re < 5.
Transisi : 500000
< Re < 1000000
E. Perbedaan Fan Dan Blower
1. Fan
Hampir
kebanyakan pabrik menggunakan fan untuk
ventilasi dan untuk proses industri yang memerlukan aliran udara. Sistim fan
penting untuk menjaga pekerjaan proses industri, dan terdiri dari sebuah fan,
motor listrik, sistim penggerak, saluran atau pemipaan, peralatan pengendali
aliran, dan peralatan penyejuk udara (filter, kumparan pendingin, penukar
panas, dll.)
Jenis-jenis Fan :
Terdapat
dua jenis fan. Fan sentrifugal menggunakan impeler berputar untuk menggerakan
aliran udara. Fan aksial menggerakan aliran udara sepanjang sumbu fan.
a.
Fan sentrifugal
Fan sentrifugal meningkatkan kecepatan
aliran udara dengan impeler berputar. Kecepatan meningkat sampai mencapai ujung
blades dan kemudian diubah ke tekanan. Fan ini mampu menghasilkan
tekanan tinggi yang cocok untuk kondisi operasi yang kasar, seperti sistim
dengan suhu tinggi,
b.
Fan Aksial
Fan aksial menggerakan aliran udara
sepanjang sumbu fan. Cara kerja fan seperti impeler pesawat terbang: blades fan
menghasilkan pengangkatan aerodinamis yang menekan udara. Fan ini terkenal di
industri karena murah, bentuknya yang kompak dan ringan. Jenis utama fan dengan
aliran aksial (impeler, pipa aksial dan impeler aksial).
2. Blower
Blower adalah alat yang digunakan
untuk menghasilkan angin kencang untuk keperluan manusia. Alat ini hampir mirip
dengan kipas angin hanya saja alat ini menghasilkan angin yang jauh lebih
kencang dibandingkan dengan kipas angin. Alat ini berbentuk bulatan dengan
terdapat kipas didalamnya dan ada lubang kecil untuk mengeluarkan angin yang
dihasilkan. Walaupun alat ini merupakan alat yang modern, tapi kita tidak akan
mudah menemuinya di sembarang tampat. Salah satu tempat dimana kita bisa
menemui alat blower adalah dalam industri pande besi. Dalam industri pande besi blower ini berguna untuk meniup api yang ada
dalam prapen. Sehingga akan menghasilkan api yang membara untuk
proses pembakaran besi. Dulu sebelum adanya alat blower ini, industri pande
besi hanya menggunakan ubub untuk meniup api dalam prapen. Dengan adanya alat
blower ini, industri pande besi bisa menghemat tenaga dan waktu untuk
pembakaran besi. Namun alat ini juga memakan listrik yang lumayan besar.
Sehingga industri juga harus menyisihkan beberapa pendapatan untuk listrik.
Alat blower ini sekarang merupakan bagian penting dalam
industri pande besi Blower dapat mencapai tekanan yang lebih
tinggi daripada fan, sampai 1,20 kg/cm2. Dapat juga digunakan untuk
menghasilkan tekanan negatif untuk sistim vakum di industri.
Gambar
7: Blower
Jenis –jenis blower :
a.
Blower
sentrifugal
Blower
sentrifugal terlihat lebih seperti pompa sentrifugal daripada fan. Impelernya
digerakan oleh gir dan berputar 15.000 rpm. Pada blower multi-tahap, udara
dipercepat setiap melewati impeler. Pada blower tahap tunggal, udara tidak
mengalami banyak belokan, sehingga lebih efisien. Blower sentrifugal beroperasi
melawan tekanan 0,35 sampai 0,70 kg/cm2, namun dapat mencapai tekanan yang
lebih tinggi. Satu karakteristiknya adalah bahwa aliran udara cenderung turun
secara drastis begitu tekanan sistim meningkat, yang dapat merupakan kerugian
pada sistim pengangkutan bahan yang tergantung pada volum udara yang mantap.
Oleh karena itu, alat ini sering digunakan untuk penerapan sistim yang
cenderung tidak terjadi penyumbatan.
Gambar 8: Blower Sentrifugal (FanAir
Company)
b.
Blower jenis positive-displacement
Blower
jenis positive displacement memiliki rotor, yang "menjebak"
udara dan mendorongnya melalui rumah blower. Blower ini me nyediakan volum
udara yang konstan bahkan jika tekanan sistimnya bervariasi. Cocok digunakan
untuk sistim yang cenderung terjadi penyumbatan, karena dapat menghasilkan
tekanan yang cukup (biasanya sampai mencapai 1,25 kg/cm2) untuk menghembus
bahan-bahan yang menyumbat sampai terbebas. Mereka berputar lebih pelan
daripada blower sentrifugal (3.600 rpm) dan seringkali digerakkan dengan belt
untuk memfasilitasi perubahan kecepatan.
Gambar 9: Jenis Positive-Displacement
F.
Hukum-Hukum
Yang Berlaku
1.
Hukum Newton
Hukum Newton adalah tiga hukum fisika
yang menjadi dasar mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara
gaya yang bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum Newton dibedakan atas 3 hukum yaitu :
a)
Hukum Newton I
Setiap benda akan tetap
Gambar 10: Isaac Newton
bergerak lurus beraturan atau tetap dalam keadaan diam jika ada resultan,
gaya (F) bekerja pada benda itu yaitu :
b) Hukum Newton II
Menyatakan bahwa gaya sama dengan perbedaan momentum (massa dikali
kecepatan) tiap perubahan waktu.
c) Hukum newton III
Setiap
aksi pasti terdapat reaksi yang searah dan berlawanan arah.
2.
Hukum archimedes
Hukum Archimedes mengatakan bahwa "Jika suatu benda dicelupkan
ke dalam sesuatu zat cair, maka benda itu akan mendapat tekanan
keatas yang sama besarnya dengan beratnya zat cair yang terdesak oleh benda
tersebut".
Gambar 11 : Archimedes
(http://id.wikipedia.org/wiki/Archimedes)
Keterangan :
FA = Tekanan Archimedes (N/m3)
ρ =
Massa Jenis Zat Cair (Kg/ m3)
g =
Gravitasi (N/Kg)
V =
Volume Benda Tercelup (m3)
3.
Hukum Pascal
Hukum Pascal menyatakan bahwa “tekanan yang diberikan zat cair dalam
ruang tertutup dteruskan ke segala arah dengan sama besar”. Perbedaan
tekanan karena perbedaan kenaikan zat
cair diformulakan sebagai berikut:
Gambar 12: Blaise Pascal
(http://id.wikipedia.org/wiki/Blaise Pascal)
Dimana
:
ΔP : tekanan hidrostatik (Pa)
ρ : kepekatan zat cair (kg/m3)
g : kenaikan permukaan laut terhadap gravitasi
bumi (m/s2)
ΔH :
perbedaan ketinggian fluida (m)
4. Hukum Bernoulli
Prinsip Bernoulli adalah sebuah
istilah di dalam mekanika fluida yang menyatakan bahwa pada suatu
aliran fluida,
peningkatan pada kecepatan fluida akan menimbulkan penurunan tekanan pada
aliran tersebut. Prinsip ini sebenarnya merupakan penyederhanaan dari Persamaan
Bernoulli yang menyatakan bahwa jumlah energi pada suatu titik di dalam suatu
aliran tertutup sama besarnya dengan jumlah energi di titik lain pada jalur
aliran yang sama. Prinsip ini diambil dari nama ilmuwan Belanda/Swiss yang
bernama Daniel Bernoulli. Dalam bentuknya yang sudah disederhanakan, secara umum terdapat dua
bentuk persamaan Bernoulli; yang pertama berlaku untuk aliran tak-termampatkan
(incompressible
Gambar 13: Daniel Bernoulli
flow), dan yang lain adalah untuk
fluida termampatkan (compressible flow).
a.
Aliran Tak-termampatkan
Aliran
tak-termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan tidak berubahnya
besaran kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut.
Contoh fluida tak-termampatkan adalah: air, berbagai jenis minyak, emulsi, dll.
Bentuk Persamaan Bernoulli untuk aliran tak-termampatkan adalah sebagai
berikut:
di mana:
v = kecepatan
fluida
g = percepatan
gravitasi bumi
h = ketinggian
relatif terhadap suatu referensi
p = tekanan
fluida
ρ = densitas
fluida
Persamaan di atas berlaku untuk aliran tak-termampatkan
dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Aliran
bersifat tunak (steady state)
2. Tidak
terdapat gesekan (inviscid)
Dalam bentuk lain, Persamaan Bernoulli dapat dituliskan
sebagai berikut:
b.
Aliran Termampatkan
Aliran
termampatkan adalah aliran fluida yang dicirikan dengan berubahnya besaran
kerapatan massa (densitas) dari fluida di sepanjang aliran tersebut. Contoh
fluida termampatkan adalah: udara, gas alam, dll. Persamaan Bernoulli untuk
aliran termampatkan adalah sebagai berikut:
dimana:
= energi potensial gravitasi per satuan massa; jika gravitasi
konstan maka
= entalpi fluida per satuan massa
Catatan:
, di mana
adalah energi termodinamika per satuan massa, juga disebut sebagai
energi internal spesifik.
5. Persamaan Kontiunitas
Massa fluida yang
bergerak tidak berubah ketika mengalir. Fakta ini membimbing kita pada hubungan
kuantitatif penting yang disebut persamaan kontinuitas.
Gambar 14: Laju Aliran
Massa
(lontar.ui.ac.id/opac/.../abstrakpdf.jsp?id)
Volume fluida yang
mengalir pada bagian pertama, V1,
yang melewati luasan A1 dengan laju v1 selama
rentang waktu ∆t adalah A1v1
∆t. Dengan mengetahui hubungan Volume
dan Massa jenis, maka laju aliran massa yang melalui luasan A1
adalah:
Keadaan
yang sama terjadi pada bagian kedua. Laju aliran massa yang melewati A2
selama rentang waktu ∆t adalah:
Volume
fluida yang mengalir selama rentang waktu ∆t pada luasan A1 akan
memiliki jumlah yang sama dengan volume yang mengalir pada A2. Dengan demikian:
Atau
ρ.A.V = konstan (tetap)
G. Prinsip Kerja Manometer Dan Tabung Pitot
1.
Manometer
Manometer
adalah alat yang digunakan secara luas pada audit energi untuk mengukur perbedaan
tekanan di dua titik yang berlawanan. Jenis manometer tertua adalah manometer
kolom cairan . Versi manometer sederhana kolom cairan adalah bentuk pipa U
(lihat Gambar 9) yang diisi cairan setengahnya (biasanya berisi minyak, air
atau air raksa) dimana pengukuran dilakukan pada satu sisi pipa, sementara
tekanan (yang mungkin terjadi karena atmosfir) diterapan pada tabung yang
lainnya. Perbedaan ketinggian cairan memperlihatkan tekanan yang diterapan.
(a) (b) (c)
Gambar 15: Manometer
(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/
manometer/)
Prinsip kerja manometer adalah
sebagai berikut:
Gambar a. Merupakan gambaran sederhana manometer
tabung U yang diisi cairan setengahnya, dengan kedua ujung tabung terbuka
berisi cairan sama tinggi.
Gambar b. Bila tekanan positif diterapan pada salah
satu sisi kaki tabung, cairan ditekan kebawah pada kaki tabung tersebut dan
naik pada sisi tabung yang lainnya. Perbedaan pada ketinggian , “h”, merupakan
penjumlahan hasil pembacaan diatas dan dibawah angka nol yang menunjukan adanya
tekanan.
Gambar c. Bila keadaan vakum diterapkan pada satu
sisi kaki tabung, cairan akan meningkat pada sisi tersebut dan cairan akan
turun pada sisi lainnya. Perbedaan ketinggian “h” merupakan hasil penjumlahan
pembacaan diatas dan dibawah nol yang menunjukan jumlah tekanan vakum.
Ada tiga tipe utama manometer:
a.
Manometer satu sisi kolom yang mempunyai
tempat cairan besar dari tabung U dan mempunyai skala disisi kolom sempit.
Kolom ini dapat menjelaskan perpindahan cairan lebih jelas. Kolom cairan
manometer dapat digunakan untuk mengukur perbedaan yang kecil diantara tekanan
tinggi.
b.
Jenis membran fleksibel: jenis ini
menggunakan defleksi (tolakan) membran fleksibel yang menutup volum dengan
tekanan tertentu. Besarnya defleksi dari membran sesuai dengan tekanan
spesifik. Ada tabel keterangan untuk menentukan tekanan perbedaan defleksi.
c.
Jenis Pipa koil: Sepertiga bagian dari
manometer ini menggunakan pipa koil yang akan mengembang dengan kenaikan
tekanan. Hal ini disebabkan perputaran dari sisi lengan yang disambung ke pipa.
(http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-industri/
manometer/)
2. Tabung
Pitot
Tabung Pitot atau sering disebut pipa Pitot ini
merupakan suatu peralatan yang dapat dikembangkan sebagai pengukur kecepatan
gerak pesawat terbang. Melalui tabung ini umumnya dapat diketahui adalah
kecepatan gerak pesawat terbang terhadap udara. Hal ini
berarti apa yang terukur bukanlah kecepatan gerak terhadap kedudukan
bumi. Oleh sebab itu untuk dapat mengukur kecepatan gerak pesawat terbang
terhadap bumi, maka kecepatan udara harus dapat diketahui. Prinsip
kerjanya tabung Pitot ini perhatikan gambar di bawah ini:
Gambar 16. Tabung/pipa Pitot
Adapun cara kerjanya dapat dikemukakan sebagai berikut: apabila alat ini
digerakkan dengan cepat sekali (diletakkan dalam badan pesawat terbang) ke arah
kiri sehingga udara akan bergerak dalam arah yang sebaliknya yakni menuju arah
kanan. Mula-mula udara akan masuk melalui lubang pertama, selanjutnya
mengisi ruang tersebut sampai penuh. Setelah udara dapat mengisi ruang tersebut
melalui lubang pertama dengan penuh maka udara tersebut akan dalam
keadaan diam. Udara yang lewat lubang kedua akan selalu mengalir dan kecepatan
udara yang mengalir melalui lubang pertama jauh lebih kecil daripada kecepatan
pengaliran udaran yang melalui lubang kedua. Oleh sebab itu dapat dianggap v1 =
0 dan perbedaan tekanan diketahui dari perbedaan tinggi permukaan air raksa
dalam pipa U.
A. Contoh Kasus Lapisan Batas
Sebagai contoh
kasus pada aliran yang mengalir pada suatu sudu juga mengalami lapisan batas.
Secara teoritis aliran yang mengalir adalah laminar secara keseluruhan. namun
pada kenyataannya setiap aliran yang mendapatkan hambatan seperti gesekan
permukaan maka akan mengalami tegangan geser dan diferensiasi kecepatan. dan
jiak semakin banyak gangguan yang dialami maka alirannya akan terus berubah
sehingga menyebabkan aliran turbulen.
Gambar : Lapisan Batas Pada Airfoil
Semakin banyaknya
turbulen yang terjadi, maka lama kelamaan bisa menyebabkan vorteks. dimana
vorteks ini merupakan fenomena alamiah penyebab terjadinya angin tornado.
Gambar : Arah Lapisan Batas Pada Airfoil
B. Aplikasi Lapisan Batas
Lapisan Batas Pada Bola Golf Yang Bergerak
Kita sudah pasti tahu kalau bola golf itu permukaanya tidak
rata alias cekung-cekung. Ternyata hal ini memiliki tujuan khusus, yaitu agar
jarak yang ditempuh dapat lebih jauh. Menurut perancang bola golf, bola dengan
permukaan yang rata hanya akan terlontar paling jauh sekitar 119 meter.
Bola golf serupa dengan
cekungan-cekungan yang sesuai dapat mencapai dua kali lipat jarak itu. Cekungan
tadi berguna untuk mengurangi daya hambat udara sehingga dapat memberi
kemampuan pada bola golf untuk meluncur lebih jauh. Berikut penjelasan
mekanismenya.
Gambar di atas membandingkan pola aliran udara
untuk bola yang mulus (atas) vs bola yang bercekung (bawah) dalam gerakan
horizontal. Dalam kasus sebuah bola dengan permukaan halus, aliran udara di
lapisan tipis di sebelah bola tersebut (boundary layer) sangatlah halus.
Aliran jenis ini disebut laminer. Untuk sebuah
bola dengan permukaan halus, boundary layer terpisah dari permukaan bola
terlalu dini, sehingga menciptakan turbulen yang lebar di belakang bola.
Turbulen ini menimbulkan gaya gesek yang besar pada bola.
Ketika cekungan-cekungan kecil ditambahkan ke
permukaan bola, maka akan menciptakan turbulensi di dalam (boundary layer) itu
sendiri. Turbulen dalam (boundary layer) ini memiliki lebih banyak energi
daripada laminar boundary layer (lihat gambar di atas), sehingga aliran udara
akan terpisah lebih lambat dibandingkan dengan bola yang mulus.
Jika aliran udara ini terpisah lebih lambat, maka lebar turbulen udara di
belakang bola akan lebih sempit, dengan kata lain akan mengurangi gaya gesek
terhadap bola, sehingga bola bercekung akan bergerak lebih jauh daripada bola
yang mulus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar