Selasa, 27 November 2012

Analisa perbandingan kekerasan material pada turbin gas dan uap



Analisa perbandingan kekerasan material pada turbin gas dan uap
    1 Turbin Uap
Di Indonesia sebagian besar pembangkit tenaga listrik menggunakan turbin gas atau turbin uap, baik untuk skala pembangkit yang besar atau yang kecil. Sistem turbin beroperasi pada kondisi tegangan yang besar, suhu yang tinggi dan lingkungan yang korosif. Oleh karena itu, komponen untuk sistem turbin harus menggunakan material suhu tinggi yang tahan oksidasi, tahan korosi, tahan mulur (creep) dan tahan lelah (fatigue) seperti baja tahan karat, paduan super berbasis nikel atau cobalt. Untuk lebih meningkatkan ketahanan oksidasi dan korosi, komponen juga dilapis dengan difusi aluminide (NiAl), overlay (NiCrAlY) atau keramik penghalang panas (thermal barrier coating) seperti Zirkonia yg distabilkan Yittria.
Meskipun demikian kegagalan komponen seringkali terjadi pada sistem turbin ini yang disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan design (pemilihan material, geometri dll), cacat pembuatan, dan kondisi dan lingkungan operasi. Kegagalan komponen yang prematur (unpredictable failure) bisa menyebabkan pemadaman sistem (shutdown), ledakan api, kebocoran gas dan kerugian produksi. Untuk pemulihan sistem dengan pertimbangan waktu dan ekonomi, perbaikan komponen (repair) lebih cocok dibanding penggantian komponen baru.
Pilihan ini tentunya dengan mempertimbangkan pula tingkat kerusakan komponen sehingga layak dilakukan perbaikan. Selain itu sebelum melakukan operasi perbaikan ini, perlu dilakukan pula analisa kegagalan komponen untuk menentukan penyebab utama kegagalan tersebut sehingga operasi perbaikan dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kembali kegagalan serupa.
 Operasi perbaikan komponen biasanya dilakukan dengan proses pengelasan (welding) dan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah mampu las material, tipe kerusakan material, ketersediaan metoda dan bahan pengelasan, perlakuakn panas sebelum atau sesudah pengelasan, inspeksi setelah perbaikan dengan uji tak merusak (Non-destructive test), proses pelapisan (coating) dan sebagainya.


2 Turbin gas
            Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa pada turbin gas bekerja dengan Turbine Inlet Temperature 800-900oC dan putaran hingga 500 m/s. Kedua parameter ini akan memerlukan unjuk kerja material yang memenuhi dalam keadaan operasi ini. Hal ini menyebabkan pemilihan material yang tepat merupakan syarat yang mutlak, apalagi unjuk kerjanya akan turun sesuai waktu penggunaannya, yang berbanding lurus dengan tegangan geser yang terjadi. Tegangan geser ijin dari material merupakan fungsi dari temperatur material [8]. Jenis material yang biasa digunakan pada turbin antara lain:
*      SiC dan Si3N4 [23]. Material jenis ini merupakan material keramik komposit yang banyak digunakan sebagai material turbin karena kekuatan yang tinggi, massa jenis yang rendah, stabilitas thermal yang rendah, dan ketahanan oksidasi yang tinggi. Namun, material ini kurang dapat difabriksi dengan presisi tinggi dan kehalusan permukaan yang optimal
*      Si3N4-TiN [23]. Paduan TiN sebanyak 30-40% ditambahkan pada Si3N4 sehingga properti dari Si3N4 dapat diperbaiki, antara lain: ketahanan terhadap retak, flexural strength, wear resistance, electrical resistivity yang lebih rendah, dan lebih mudah dimanufaktur.
*      Inconel 738 [12,15].
*      Nimonic 80A, 90, 105, 108, 115 [15].
*      Inconel 792 [15].

Pentingnya peran kompresor pada turbin gas serta karakteristik operasinya tidak hanya menuntut profil dengan rugi aliran yang kecil maupun distribusi temperatur yang baik namun juga menuntut pemilihan material yang tepat. Operasi kompresor memberikan tegangan sentrifugal yang tinggi pada sudu (high centrifugal stress), karena pada kompresor radial satu tingkat yang digunakan pada MGT kecepatan yang harus dicapai pada bagian tepi dari sudu hingga 500 m/s. Selain karena tegangan yang tinggi, kecepatan yang tinggi ini juga akan berpengaruh pada temparatur kompresor. Verstarete et al dalam jurnalnya menulis bahwa tegangan geser ijjin merupakan fungsi dari temperatur material. Material kompresor sentrifugal yang digunakan pada turbin gas merupakan material khusus yang antara lain harus memiliki karakteristik:

*   Kekuatan pada temperatur tinggi
*   Massa jenis yang rendah
*   Pada kompresor sentrifugal, terdapat beberapa jenis material yang biasa digunakan, antara lain;
*   High-Strength Titanium Alloy grade 5 (Ti-6Al-4 v) [8,15,23] dengan properti:
*   Modulus elastisitas,
*   Rasio Poison = 0.342
*   Massa jenis,
*   Tegangan ijin maksimum,
*   Aluminium RR 58 [15].
*   Stainless Steel: A286, Greek Ascology, FV 535, FV 520, 17-4 Ph, 403 [15].
*   Precipitation Hardening Super Alloy: Inco 718, Nimonic 901 [15].





3. Turbin air

Saat ini semua bilah rotor turbin modern tidak menggunakan lagi bahan dari kayu. Dari segi karakter, kayu memiliki banyak kelemahan seperti tidak tahan iklim, mudah lapuk dan mempunyai tingkat kekerasan yang lebih rendah dibanding material lain seperti baja.
Seolah ingin mementahkan hal tersebut, sebuah perusahaan Hydra Tidal yang berbasis di Harstad, Norwegia rencananya akan membuat prototip pembangkit listrik yang memanfaatkan pasang surut laut skala penuh dengan daya terpasang 1,5 MW. Lokasi pembangkit terapung berada di selat Gimsøystraumen.  Turbin dengan diameter sepanjang 23 meter akan terbenam di dalam air. Material yang digunakan untuk bilah sudu tersebut tidak lain adalah kayu yang telah dilapisi dengan material tertentu untuk mendapatkan karakter terbaiknya.
''Kayu adalah material homogen berpori, sehingga ia memiliki karakteristik hidrologi dan mekanik yang lebih baik dibanding material konvensional saat ini, seperti komposit dan baja. Tantangan utamanya adalah proses perakitannya, tapi kami yakin telah menemukan solusinya,'' jelas Svein D. Henriksen, direktur litbang Hydra Tidal. Henriksen juga menegaskan bahwa penggunaan kayu pada bilah rotor turbin juga pilihan yang ramah lingkungan, terutama dalam perspektif siklusnya.
Perakitan, pemasangan dan perawatan lebih mudah dilakukan bagi fasilitas terapung daripada fasilitas yang terpancang di dasar laut. Demikian halnya dengan pembangkit listrik Morild yang dirakit di darat dan kemudian ditarik ke lokasi dimana pembangkit tersebut akan beroperasi.
Awalnya pembangkit listrik tersebut akan dipasang di selat Gimsøystraumen dengan kecepatan 1,8 meter per detik, untuk uji coba dan dievaluasi hasilnya. Kemudian akan dipasang di selat Moskenesstraumen yang mempunyai kecepatan 3 meter per detik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar