Selasa, 27 November 2012

Percobaan Welding



C.    Elektroda
1.      Pengertian elektroda
Elektroda adalah pengelasan dalam bentuk serbuk kawat yang dibungkus (bersepalaput + fluks ). Saat pengelasan adalah batang logam yang terdiri dari dua bagian utama yaitu fluks dan kawat yang  dipakai untuk penjepitan pada penjepitan elektroda (berfungsi sebagai penerus poros) dimana fluks mengalami pertukaran panas akan melebur dan berfungsi sebagai bahan pengisi sambungan las.
Gambar 1. Elektroda
              (Sumber: http://www.tradeage.com)

2.      Bagian-bagian utama elektroda
a.       Fluks, yaitu bagian dari elektroda yang apabila dipanaskan akan melebur menjadi bahan pengisi pada kawah antar logam yang akan di las.
b.      Kawat Las, yaitu bagian dari elektroda yang dijepit pada jepitan eletroda dan ikut melebur bersama dengan fluks ke dalam kawah lasan antar logam yang akan disambug.
Kawat las
Fluks
Gambar 2. Bagian utama elektroda
(Sumber: http://www.tradeage.com/)

3.      Cara pembacaan nama elektroda
Menurut standar AWS ASTM (American Welding Society/ American society for lasting Material). Semua jenis elektroda ditandai dengan huruf E disertai 4 atau 5 angka.
Elektroda jenis E6013 dapat dipakai dalam semua posisi pengelasan dengan arus las AC maupun DC. Elektroda dengan kode E6013 untuk setiap huruf dan setiap angka mempunyai arti masing-masing yaitu:
·         E  = Elektroda untuk las busur listrik.
·         60 = Menyatakan nilai tegangan tarik minimum hasil pengelasan dikalikan dengan 1000 Psi (60.000 Ib/in2) atau 42 kg/mm2
·         1 = Menyatakan posisi pengelasan,1 berarti dapat digunakan untuk pengelasan semua posisi.
·         3 = Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus AC atau DC.
Keterangan           :
1)      Altunating Current (AC) ,sebuah arus listrik yang membalikkan arahnya secara teratur , seperti 60 siklus alternating current (AC) , atau 60 Hertz.
2)      Direct Current (DC) , arus daam satu arah dan tidak membalikkan arah aliran seperti kelarnya arus bolak balik.
3)      Direct current , straight polanti (Dcsp), arah aliran arus melalui tangkaiyan las ketika memipin elektroda di hubungkan ke terminal negatif dan meminpin pekerjaan terhubung ke terminal positif dari mesin las DC , atau disebut jaga arus searah polaritas lurus.
4)      Direct current, reverse polarity (Dcrp) , arah aliran arus melalui rangkaiannya las ketika memipin elektroda dihubungkan ke terminal positif dan meminpin pekerjaan terhubung ke terminal negatif ke mesin las DC, juga disebut arus searah polaritas.
5)      . Fungsi fluks.
Fluks/ lapisan elektroda (pelindung) , semakin terbakar menjadi cair dan sekaligus menghasilkan gas yang cukup banyak sehingga melindungi , hubungan las sementara proses pengelasan berlangsung sehingga cairan zat lapis ngelas berlangsung, sehingga cairan zat lapis pelindung tersebut ikut mengalir kedaalam hubungan las , maka cairan lapisan tersebut mengapung diatas permukaan kabungan dan selanjutnya menutupi/ melindungi jalur gas (world bead) yang terjadi setelan cairan logam membeku.
Fungsi fluks dalam pengelasan :
·         Membentuk lengkungan pelindung
·         Membentuk torak dengan sifat-sifat tertentu untuk melindungi logam cair.
·         Memungkinkan pengelasan pada posisi diatas kepala dan tegak lurus
·         Menstabilkan busur
·         Menambah unsur logam paduan pada logam induk
·         Memurnikan logam secara metalurgi
·         Mengurangi copratan logam pengisi
·         Meningkatkan efisiensi pengendapan
·         Menghilangkan oksidasi dan ketidakpastian
·         Mempengaruhi kedalaman penetrasi busur
·         Mempengaruhi bentuk manik
·         Memperlambat kecepatan pendinginan sambungan las.
·         Menambah lapisan logam las yang berasal dari serbuk logam dalam lapisan pelindung.

4.      Jenis-jenis elektroda
a.       Elektroda baja lunak
Terdapat  beberapa jenis elektroda naja lunak yang membedakan antara jenis bagian selaputnya, sedangkan kawat artinya sama. Beberapa jenis yang termasuk elektroda baja lunak adalah :
o   E6010 dan E6011
Elektrida ini adalah jenis elektroda dengan selaput selulosa yang dapat di pakai untuk pengelasan dengan penembusan  yang dalam. Pengelasan dalam dapat dilakukan pada segala posisi dan terak yang tipis dapat dengan mudah dibersihkan selaput sellulosa dengan tekanan 5 % pada waktu pengelusan akan menghasilkan gas pelindung e6011 mengandung kalium untuk membantu menstabilkan busur listrik bila dipakai arus AC

o   E6012  dan E6013
Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput putih yangdapat menghasilkan perembesan sedang, keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi , tetapi kebanyakan jenis E6013 sangat baik untuk posisi pengelasan tegak arah kebawah . Jenis E6013 yang mengandung banyak kalium memudahkan pemakaian pada voltase renda.

o   E6020
Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya mudah di lepas. Selaput elektroda terutama mengandung oksida besi dan mengandung cairan terak yang terlalu cair dan mudah mengalir menyesuaikam pada pengelasan dengan posisi lain daripada kebawah tangan atau datar pada las sudut.

o   Elektroda dengan selaput serbuk besi selaput jenis :
ü  E 6027
ü  E 7014
ü  E 7018
ü  E 7024
ü  E 7028
Mengandung serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan umumnya selaput elektroda akan lebih tebal dengan bertambahnya presentase serbuk besi.

b.      Elektroda Untuk Besi Tuang
Elektroda yang dapat dipakai untuk mengelas besi tuang  tidak dibuat dari besi tuang. Besi tuang di las listrik dengan elektroda yang dibuat dari beberaoa jenis logam yang berlainan.
1)      Elektroda Baja
Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, besi tuang dengan elektroda yang dibuat dari beberapa jenis logam dan akan menghasilkan deposit las yang kuat sehingga dapat dikerjakan dengan mesin .
Dengan demikian elektroda ini bila hasil tidak dikerjakan lagi untuk mengelas besi tuang elektroda baja dapat dipakai perawat las AC atau DC katub terbalik.
Gambar 2. Elektroda baja

2)      Elektroda aluminium
Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang dibuatdari logam yang sama . Pemilihan elektroda yang sesuai dengan pengerjaan pada tabel pabrik yang membuatnya.
Gambar 3. Elektroda aluminium


3)      Elektroda Nikkel
Elektroda ini dipakai ntuk mengelas besi tuang bila las masih di luar lagi dengan dalam skala posisi. Rigi – rigi yang dialirkan elektroda ini adalah rataan dan halus. Bila dipakai pada kawat DC untuk katub terbalik .
Gambar 4. Elektroda nickel






      karakteristik elektroda ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Klasifikasi
Jenis Elektroda
Ukuran (mm)
Kuat Arus (amper )
E6010
E6011
PHILIPS
DC+
3,25× 350
4×350
5×350
90-130
120-160
160-210

E6012
PHILIPS 46s



AC atau DC
1,6×250
2×300
2,5×350
3,25×450
3,25×450
4×450
5×450
6×450

30-45
40-60
60-100
80-140
110-160
160-210
220-290
250-340
E6013
PHILIPS 28


AC atau DC
2×300
2,5×350
3,25×350
4×350
5×450
25-60
60-100
85-145
170-190
200-260

E’6013
PHILIPS 68
AC atau DC
2,5×350
3,25×350
4×350
5×450

65-75
90-120
125-170
170-240
E6020
PHILIPS 50


AC atau DC
1,6×250
2×300
2,5×350
3,25×450
4×450
5×450
25-40
40-70
60-120
90-155
160-220
220-290

E7014
PHILIPS 18

AC atau DC


2,5×350
3,25×350
4×350
5×450
80-100
130-150
180-220
220-300

Tabel 1. Karaketeristik Elektroda
Tabel 2. Selaput elektroda
(Sumber: Dyan Zulfiyah, Denty.2011.Laporan Proses produksi.Welding. Makassar)




c.       Elektroda Untuk pelapis keras
Tujuan pelapis kerja dari segi kumparan yaitu agar alat bantu tahan terhadap kotoran, pukulan dan tekanan keras/ tahan karat. Untuk tujuan itu maka elektroda untuk pelapis kerak dapat diklasifikasikan.
a)      Elektroda tahan kikisan dibuat dari tabung karbida yang diisi serbuk karbida. Diameter 3,25-6,5 mm dipakai pada las perawat las kutub terbalik.
b)      Elektroda tahan pukulan, dipakai pada las AC dan DC kutub terbalik dipakai untuk pelapis keras bagian pemecah dan palu.
c)      Elektroda tahan karat dan keasuan , dibagi dari paduan konferus yang mengandung cobalt, wolfram dan crm. Biasanya dipakai untuk pelapis keras permukaan kutub tuang dan di dudukan kutub dimana temperatur sangat tinggi.
­


D.    Jenis-jenis Mesin Las
a)      Mesin Las Automatic
Mesin Las Automatic memberikan busur nyala dan pengisian sewaktu mengelas dilakukan dengan pengatur mekanik-mekanik (spesial) khusus yang terdapat pada unit mesin las tersebut. Mesin Las otomastis ini dapat menyelesaikan pengelasan secara produksi massal dan dapat mengelas benda kerja dan mesin-mesin berat yang berguna dalam pabrik.
Gambar 1. Mesin Las automatic

b)      Mesin Las Arus Bolak-balik
Mesin Las arus AC memperoleh busur nyata api dari transformator dimana dalam pesawat ini arus dari jaringan-jaringan listrik diubah menjadi arus bolak-balik oleh transformator yang sesuai dengan arus yang digunakan untuk mengelas sehingga mesin las ini disebut juga mesin las transformator. Transformator motor las ini mempunyai 2 buah kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder dimana kumparan primer diteliti oleh kawat tembaga yang berujuran kecil dengan jumlah yang banyak.
Sedangkan kumparan sekunder dililit oleh kawat tembaga yang berukuran lebih besar dengan jumlah yang lebih sedikit, dan di dalam transformator terdapat sebuah inti besi yang digunakan untuk mengatur besarnya arus listrik dalam pengelasan.
Gambar 2. Mesin las arus bolak-balik
     (Sumber: http://zwingly.wordpress.com)

c)      Mesin las Arus Searah (DC)
Pesawat las arus searah (DC) dapat berubah pesawat transformator reetiefir. Pembangkit listrik motor diesel atau motor besin maupun pesawat pembangkit listrik yang di gerakkan oleh motor listrik, salah satu jenis dari pesawat ini adalah yang digerakkan oleh motor listrik.
Gambar 3. Mesin las arus searah (DC)

d)     Mesin  potong gas
Mesin potong gas adalah pembakar potong yang dipasang pada sebuah rangka atau pegangan/ penyangga yang dilengkapi dengan motor listrik sebagai penggerak , dengan mesin ini dapat memotong lurus, miring, melengkung, maupun memotong lingkaran.
Gambar 4. Mesin potong gas
        (Sumber: http://tyotech.multiply.com)

e)      Mesin las titik
Mesin las titik hanya digunakan untuk mengelas sambungan pada plat tipis, diamana benda kerja yang bentuknya runcing. Elektroda ini dihubungkan dengan sumber arus, besarnya sebuah transformatornyang dapat memberikan arus yang membesar dengan tegangan yang sangat rendah. Untuk benda-benda yang kecil, dipakai las titik yang tetap, sedangkan untuk benda-benda yang besar dipakai las titik yang dapat dipindah-pindahkan.
Gambar 5.  Mesin las titik

f)       Mesin las roda
Mesin las roda prinsip kerjanya sama dengan mesin las titik. Hanya perbedaannya terletak pada ujung elektroda yang terbentuk roda yang dapat berputar dimana hasil pengelasannya adalah pada benda kerja pada penyambungan kumparan secara memanjang.

Gambar 6. Mesin las roda
(Sumber: Dyan Zulfiyah, Denty.2011.Laporan Proses produksi.Welding. Makassar)

g)      Mesin pembangkit las karbit
Mesin pembangkit las karbit , pesawat ini dipakai untuk membangkitkan gas karbit dalam pengelasan gas karbit/gas etogen/ gas asitelin.
Gambar 7. Mesin pembangkit las karbit


h)      Las Oksi Asetelin
Disini digunakan nyala gas campuran oksigen dan asitelan, dimana diperoleh dari nyala api hasil pembakaran bahan bakar gas asitelin dengan oksigen dalam proses asitelin nyalanya mencapai 3500 C pengelasanbiasa dengan atau tanpa logam pengisi O2 berasal dari hidrolisa/ pencair utama. Gas aasitelin berasal dari reaksi :
Dalam Las OXY-asitelin terdapat 3 macam nyala api :
1)      Nyala api Natural
Nyala api netral adalah nyala api yang sering digunakan untuk mengelas. Nyala api ini erupakan untuk hasil pembakaran gas asitelin dan oksigen dengan perbandingan sekitar 1:1.
Nyala api netral berwarna biru dan merupakan inti nyala api yang keluar dari ujung pembakaran.
                 Gambar 8. Nyala api netral

2)      Nyala Api Karburasi
Nyala api karburasi adalah nyala api yang kelebihan asitelin ini menyebabkan nyala api terlihat berwarna putih tetapi intinya berwarna biru seperti nyala api netral, biasanya digunakan pada proses pelapisan keras permukaan (case harding).
Gambar 9. Nyala api karburasi

3)      Nyala api oksidasi
Pada nyala api oksidasi terlihat dua kerucut Kurucut bagian dalam berwarna ungu dan biasanya terdengar suara berdesis .Nyala api oksidasi biasanya menimbulkan terak ,gelembung gas , kecuali pada logam kuningan. Kegunaanya untuk mengelas kuningann dan memotong logam .
Gambar 10. Nyala api oksidasi












E.     JENIS-JENIS MESIN LAS LISTRIK
1.      Mesin las busur
Las busur adalah pengelasan dengan memanfaatkan busur listrik yang terjadi antara elektroda dan benda kerja.elektroda di panaskan hingga mencair dan di endapkan pada logam yang akan di sambung sehingga terbentuk sambungan las .panas busur dapat mencapai 5500 c.




Gambar 1. Mesin las busur

2.      Mesin las tig
Pengelasan tig adalah pengelasan berkualitas tinggidengan kecepatan peleburan atau penyayatan yang rendah.ARC terbakar antara elektroda tungsten dan bagian yang di kerjakan elektroda yang tidak meleleh,hanya berfungsi sebagai pengukur arus dan pembawa busur(ARC)untuk pengerjaan logam yang tipis.pengelasan tig dapat di gunakan tanpa filter logam.
Gambar 2. Las Tig
(Sumber: Dyan Zulfiyah, Denty.2011.Laporan Proses produksi.Welding. Makassar)

3.      Mesin Las MIG
Merupakan las listrik di mana panas yang timbul oleh karena busur listrik antara ujung elektroda dan bahan dasar karena adanya arus listrik.
Gas yag di pakai adalah co2 untuk pengelasan baja lunak atau argon.campuran argon dan helium untuk pengelasan aluminium dan baja tahan karat untuk pengelasan dapat secara semi otomatik atau manual ,.sedangkan pengelasan otomatik adalah pengelasan di lakukan secara otomatis.

Gambar 3. Mesin Las MIG
(Sumber: Dyan Zulfiyah, Denty.2011.Laporan Proses produksi.Welding. Makassar)

4.      Las busur redam(submarged)
Menggunakan fluks serbuk sebagai bahan pelindung saat pengelasan,fluks serbuk akan mencair dan membeku menutup lapisan las.elektroda berupa kawat berbentuk gulungan (roll)di gerakkan maju mundur dengan penggerak motor listrik dan kecepatan di atur sesuai kebutuhan.
Gambar 4. Las busur redam
F.    Polaritas
Polarisasi merupakan peletakan kabel yang dihubungkan dengan elektroda benda kerja pada kutub positif dan kutub negatif.
Ω polarisasi terbagi dua yaitu :
A.    Polaritas Langsung
Polaritas langsung yaitu apabila kutub negatif dihubungkan dengan eletroda dan kutub positif dihubungkan dengan benda kerja.
Gambar 1. Polaritas langsung
(Sumber: http://weldersukses.blogspot.com/2010/06/polaritas-pengelasan.html)
Kelebihan         :
§  Memiliki karakteristik tertentu sehingga menghasilkan busur yang stabil pada hasil las.
§  Dapat mencair , kemampuan arus 1000 A dan tegangan terbuka 40-45 V.
             Kekurangan    :
·         Tidak dapat mengelas benda kerja yang terlalu tebal.

B.     Polarias Terbalik
Polaritas terbalik yaitu apabila kutub negatif dihubungkan dengan benda kerja dan kutub positif dihubungkan dengan elektroda.
Gambar 2. Polaritas terbalik
Kelebihan          :
§  Lebih efisien
§  Dapat mengelas benda tebal
Kekurangan       :
§  Memiliki polaritas yang berbeda-beda tiap siklus , kehilangan energi yang diabaikan.
§  Tidak dapat mengelas benda kerja yang terlalu tipis.



G. Posisi Pengelasan
Posisi pengelasan atau sikap pengelasan adalah pengaturan posisi dan gerakan arah daripada elektroda sewaktu mengelas. Adapun posisi mengelas terdiri dari 4 macam yaitu :
a.       Posisi dibawah tangan
Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang dilakukan pada permukaan rata/datar dan dilakukan dibawah tangan. Kemiringan elektroda las sekitar 10º - 20º terhada garis vertikal dan 70º - 80º terhadap benda kerja.
Gambar 1. Posisi mengelas dibawah tangan

b.      Posisi horizontal
Mengelas dengan horisontal biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikut horisontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5º - 10º terhada garis vertikal dan 70º - 80º kearah benda kerja.
Gambar 2. Posisi mengelas horisontal

c.       Posisi Vertikal
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau kebawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10º - 15º terhada garis vertikal dan 70º - 85º terhadap benda kerja.
Gambar 3. Posisi mengelas vertikal



d.      Posisi Diatas Kepala
Posisi pengelasan ini sangat sukar dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap antara lain: Baju las, sarung tangan, sepatu kulit dan sebagainya. Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5º - 20º terhada garis vertikal dan 75º - 85º terhadap benda kerja.
Gambar 4. Posisi mengelas diatas kepala











H.  Proses Terbentuknya Busur Listrik
Busur listrik terbentuk pada dasar proses pengelasan dimana busur listrik terjadi antara elektroda dengan benda kerja, mula0mula ekeltroda bersinggungan dengan logam yang di las sehingga terjadi aliran-aliran arus listrik , kemudian elektroda di angkat sedikit saja sehingga timbul busur  panas mencapai 5500 C.
Dari kutub positif ke kutub negative , melalui proses ini ruang udara di anatara anoda dan katoda dibuat untuk menghantarkan arus listrik dengan dimungkinkan pembentukan busur listrik. Untuk menghasilkan busur yang stabil kita dapat menggunakan alat las arus searah yang terdiri dari bahan tertentu bila terjadi perubahan  panjang busur listrik mesin dapat mengkompresikan terjadinya arus yang besar di waktu singkat.
Gambar 1. Proses terbentuknya busur listrik




I.        Daerah HAZ
Daerah yang dipengaruhi proses yang dalam bahasa inggrisnya adalah beat affeted zone dan disingkat HAZ. HAZ merupakan logam dasar yang bersebelahan dengan logam las yang selama pengelasan mengalami siklus hermal pemanasan dan pendinginan cepat sehingga terjadi perubahan struktur akibat pemanasan yang cukup tinggi. Sebagai contoh untuk baja pemanasan sampai diatas garis AC (contoh baja inpreeutechrd/ baja dengan carbon 70,8%)
Ketika pengelasan berlangsung, logam induk di sekitar logam las mengalami siklus thermal berupa pemanasan sampai mendekati titik cair kemudian diikuti pendinginan. Sebagai akibatnya struktur mikro dan sifat-sifat mekanisnya berubah dari keadaan semula. Daerah atau zona ini dinamakan heat affected-zone (HAZ).
Sambungan las memiliki daerah Heat Affacted Zone (HAZ) yang berbeda dan dari luasan daerah HAZ ini dapat diketahui seberapa besar pengaruh panas terhadap perubahan struktur material disekitar sambungan. Lin et al (1999), membagi daerah sambungan las gesek menjadi tiga bagian, yaitu the fully plasticized region (Zpl) atau daerah sambungan las gesek yang menyatu secara sempurna, the partly deformed region (Zpd) atau daerah yang mengalami pengaruh panas sebagian atau sering disebut daerah HAZ (Heat Affected Zone) dan the undeformed region (Zud) atau daerah yang tidak terpengaruh panas. Pembagian daerah HAZ ini dapat dilihat melalui foto makrostruktur dari sambungan las gesek yang terbentuk. Hilangnya kekuatan di HAZ sangat dipengaruhi oleh proses pengelasan, masukan panas, dan kecepatan pengelasan. Jika masukan panas yang diberikan semakin tinggi, maka HAZ yang terbentuk semakin lebar dan semakin banyak kekuatan yang hilang. Oleh karena itu, masukan panas seharusnya diminimalisir ketika mengelas paduan aluminium (Sindo Kou, 2002).
Menurut Avinash et al (2007), pada pengelasan gesek, sambungan las yang memiliki daerah HAZ yang sempit akan menghasilkan kekuatan impak sambungan las yang tinggi. Hal ini disebabkan pada daerah HAZ terjadi perubahan struktur material yang menjadi lebih besar dan homogen, sehingga gaya ikat antar atom menjadi lebih tinggi dan semakin besar energi yang akan diserap material untuk mematahkan spesimen. Jika daerah HAZ lebar, energi yang akan diserap material untuk mematahkan spesimen semakin kecil.
Luasan daerah fully plasticized menunjukkan seberapa besar material dapat menyatu satu sama lain selama proses pengelasan berlangsung dan seberapa besar kekuatan sambungan yang terbentuk. Semakin luas daerah fully plasticized maka sambungan yang terbentuk semakin baik dan kekuatan impaknya tinggi (Lin et al, 1999).

Gambar 1. Daerah Haz

Gambar 2. Daerah Haz









           
J. Sambungan-Sambungan Las
1.      Sambungan las alur
a.       Las alur
Sambungan ini dapat di buat 2 kemungkinan Yaitu:
-          sambungan tertutup jika kedua sisi plat masing masing saling menyentuh tebal plat maksimum yang di sarankan adalah 2 mm.sehingga pengelasan cukup pada sisi untuk tebal plat lebih dari 2 mm.sumbunya akan di sempurnakan bila di las 2 sisi.
Gambar 1. Sambungan alur tertutup
-          Las alur dengan sambungan terbuka,pada sambungan ini terdapat cela antar plat yang akan di las,lebar ini kurang kuat di bandingkan sambungan tertutup.tebal plat yang biasa di gunakan pada sambungan ini 3-6 mm
Gambar 2. Sambungan alur terbuka
b.      sambungan v-tunggal
Sambungan v tunggal dapat juga di buat tertutup dan terbuka seperti tampilan gambar di bawah sambungan ini lebih kuat dari pada sambungan dengan alur 1 dan di pakai untuk menerima gaya tekan yang besar,serta lebih tahan terhadap kondisi statis.pada plat dengan tebal 5-20 mm perembesan dapat di capai 10%
Gambar 3. Sambungan v tunggal

c.       Sambungan v-ganda
Sambungan ini lebih kuat dari pada sambungan v-tunggal sangat baik untuk kondisi bebas statis maupun dinamis serta dapat di pakaipada ketebalan plat 1-2 mm.
Gambar 4. Sambungan v ganda
                                    (Sumber: http://scribd.com/mesin.welding.html)
d.      Sambungan v miring tunggal dan ganda
Sambungan ini di pergunakan untuk benda tekan berat.sambungan las persegi tidak lebih baik dari pada sambungan las v.lebarnya di sarankan terbuka dan di pakai pada ketebalan 6-20 mm.
Gambar 5. Sambungan V- miring tunggal

Gambar 6. Sambungan V-miring ganda





e.       Sambungan v-ganda
Dapat pula di buat terbuka dan tertutup.sambungan ini lebih kuat menerima statis dan dinamis .dengan ketebalan plat 12 mm-25 mm dapat di cari perembesan 10%
Gambar 7. Sambungan v ganda
f.       Sambungan j ganda
Sambungan ini sangat simpel,murah dan mudah.bila sambungan ini diperlukan untuk menahan tekanan berat,maka pengelasan harus di kerjakan pada kedua sisi permukaan
Gambar 8. Sambungan j ganda
2.      Sambungan tumpang
Sambungan ini sangat simpel murah dan mudah.bila sambungan ini di perlukan untuk menahan tekanan berat,maka pengelasan harus di kerjakan pada kedua sisi permukaan.
Gambar 9. Sambungan tumpang

3.      Sambungan T
a.       Sambungan dengan Las siku
Dapat di gunakan pada plat tebal dn lebih besar dari 12 mm.banyaknya pengelasan bergantung pada tebal kekuatan yang di perlukan .umumnya pengelasan 2 sisi
Gambar 10. Sambungan T
b.      Sambungan T dengan alur v miring tunggal
Sambungan ini lebih kuat terhadap beban tekan yang besar di bandingkan sambungan t dengan las rusak.dapat di pakai pada plat dengan ketebalan 10 mm-16 mm.
Gambar 11. Sambungan T engan alur v miring

c.       Sambungan T dengan alur v miring ganda
Sambungan ini lebih kuat dari pada sambungan t dengan alur v miring tunggal sangat baik untuk menahan beban sedang dengan ketebalan plat 12 mm-15 mm.
Gambar 12. Sambungan t dengan alur v miring ganda
d.      Las T tunggal
Di pakai untuk beban yang lebih besar dari pada las rusaktetapi tidak untuk menggantikan sambungan dengan las t dengan alur v miring ganda.sambungan ini digunakan untuk ketebalan plat 25 mm atau lebih.
Gambar 13. Las T Tunggal

e.       Las T dengan alur j ganda
Digunakan untuk dapat menahan beban kejut dengan ketebalan plat 30 mm atau lebih
Gambar 14. Las T dengan alur j ganda

4.      a. Sambungan sudut rapat
Sambungan ini dapat dapat di jumpai pada konstruksinya dengan bahan dasar plat tipis 3 mm-5 mm.enebusan dapat di capai sempurna bila di las dari 2 posisi
Gambar 15. Sambungan sudut rapat

b. Sambungan sudut setengah terbuka
Sambungan sudut setengah terbuka dapat digunakan pada tebal plat 4-6 mm.sambungan ini  lebih di banding sambungan rapat.tetapi tidak di sarankan untuk menerima gaya banding
Gambar 16. Sambungan sudut setengah terbuka
c.    Sambungan sudut terbuka
Ketebalan plat 6 mm- 2 mm memeungkinkan las seperti ini perembesan bahan pengisi pada plat plat yang di samping juga mudah di capai.
Gambar 17. Sambungan sudut terbuka
                                    (Sumber: http://scribd.com/mesin.welding.html)

5.      Sambungan Tepi
Sambungan ini hanya untuk tebal plat kurang dari 3 mm.sambungan ini hanya di gunakan untuk menahan beban kecil tidak ada untuk tegangan besar.
Gambar 18. Sambungan tepi
6.      Sambungan Flens
Sambungan ini dapat di gunakan dengan 2 cara yaitu di las pada sisi atau di las pada kedudukan sisi.untuk ketebalan plat lebih dari 3 mm.sambungan ini lebih sesaat di bandingkan cara sambungan tumpang
Gambar 19. Sambungan flens









K.  Cacat Las
o   Cacat kampuh las
Penyebab                     :
a.       Arus terlalu besar
b.      Busur terlalu panjang dan sudut elektroda kurang tepat.
Penanggulangan          :
a.       Usahakan jarak busur sama diameter kawat
b.      Kurangi arus
Gambar 1. Cacat kampuh las
(Sumber: http://mechanicalsains.blogspot.com/2010_11_01_archive.html)

o   Lebar yang tidak sama
Penyebab                     :
a.       Grakan elektrda yang kurang tepat
b.      Sudut elektroda yangkurang tepat

Penanggulangan          :
a.       Usahakan agar gerakan elektroda tepat
b.      Usahakan agar sudut elektrida tepat.
Gambar 2. Lebar yang tidak sama

o   Peleburan yang kurang baik
Penyebab                     :
a.       Arus yang dipakai pada proses pengelasan terlalu kecil
b.      Gerakan elektrida tidak tepat
Penanggulangan          :
a.       Perpende panjang busur
b.      Besarkan arus
Gambar 3. Peleburan kurang baik


o   Gelombang yang tidak teratur
Penyebab                     :
a.       Gerakan elektroda yang tidak tepat
b.      Sudut elektroda tidak tetap
Penanggulangan          :
a.       Usahakan gerakan elektrodanya tepat
b.      Usahakan agar sudut elektroda tepat
Gambar 4. Gelombang yang tidak teratur
(Sumber: http://mechanicalsains.blogspot.com/2010_11_01_archive.html)

o   Lipatan
Penyebab                     :
a.       Arus terlalu kecil
Penanggulangan          :
a.       Besarkan arus yang dipakai

Gambar 5. Cacat las Lipatan

o   Manik cembung
Penyebab                     :
a.       Arus terlalu besar
b.      Gerakan elektroda terlalu cepat
Penanggulangan          :
a.       Mengurangi arus yang dipakai
b.      Usahakan agar kecepatan gerakan elektroda tetap
Gambar 6. Manik cembung




o   Manik cekung
Penyebab                     :
a.       Gerakan elektroda terlalu pelan
b.      Arus yang dipakai terlalu kecil
Penanggulangan          :
a.       Naikkan kecepatan gerajan elektroda
b.      Besarkan arus yang dipakai
Gambar 7. Manik cekung

o   Terak temperatur
Penyebab                     :
a.       Kecepatan gerakan elektroda yang tidak tepat
b.      Sudut elektroda yang tidak tepat
c.       Sudut ketirusan terlalu kecil
Peanggulangan            :
a.       Naikkan kecepatan sehingga torak mengalir
b.      Usahakan sudut elektroda tepat pada arah besar
c.       Perbaikan sudut ketirusan atau gunakan elektroda kecil
Gambar 8. Terak temperature

o   Retak
Penyebab                     : yaitu kurangnya penetrasi dan  kurangnya pelebiran sehingga terjadi loncatan busur/ pengelasan bagian pipa.
Penangggulangan        : pemilihan logam indukm  bahan las, bentuk sambungan dan keadaan pengelasan.
Gambar 9. Retak

o   Terlalu banyak perakan
Penyebab                     :
a.       Terlalu besar arus
b.      Sudut terlalu panjang
Penanggulangan          :
a.       Kecilkan arus yang dipakai
b.      Jarak busur diperpendek lagi
Gambar 10. Terlalu banyak perakan

o   Lubang halus
Penyebab                     :
a.       Terdapat minyak karat dan cat
b.      Terdapat uap air dalam elektrida
Penanggulangan          :
a.       Bersihkan minyak, karet dan cat pada benda kerja
b.      Menggunakan elektroda yang kering
Gambar 11. Lubang halus saat pengelasan
o   Respon pada logam lunak
Penyebab                     :
a.       Terlalu banyak hidrogen dalam busur
b.      Terlalu banyak c , Mn atau garan dalam logam
Penanggulangan          :
a.       Mengurangi hidrogen dalam  busur
b.      Mengandung logam induk yang baik
Gambar 12. Respon pada logam lunak
(Sumber: http://bukharimp2.blogspot.com/2010_05_17_archive.html)

o   Penetrasi yang kurang baik
Penyebab                     :
a.       Arus yang dipakai pada pengelasan terlalu kecil
b.      Sudut ketirusannya terlalu kecil
Penanggulangan          :
a.       Besarkan arus yang dipakai
b.      Perlebar sudut ketirusannya
Gambar 13. Penetrasi yang kurang baik
(Sumber: http://mechanicalsains.blogspot.com/2010/11/pengelasan-welding.html)

o   Kaki tidak sama panjang
Penyebab                     :
a.       Sudut elektroda yang tidak tepat
Penanggulangan          :
a.       Usahakan agar sudut elektroda tepat
Gambar 14. Cacat las, kaki tidak sama panjang


o   Incomplete penetration
Pengelasan pertama tidak tembus ke bawah karena letak elektroda sewaktu pengelasan pertama terlalu tinggu, antarkanarus yang dipakai terlalu lemah dan jarak sisi kampuh terlalu rapat.
Gambar 15. Incomplete penetration
(Sumber: http://www.weldingengineer.com/Discontinuities_.htm)

o   High low ( Tinggi rendah )
Pengelasan yang sisi kampus tidak dalam satu bidang datar disebabkan letak bahan tidak sama rata dan tebal ukuran bahan berbeda-beda.
Gambar 16. High Low
(Sumber: http://listiyonobudi.blogspot.com/2011/04/cacat-yang-mungkin-terjadi-pada.html)

o   Retak Kaki Burung(bird claw crack)
Berupa retakan yang miripdengan jari-jari kaki burung , biasanya terjadi pada plat tipis, akhirnya elektroda tida dipertebal lagi. Waktu mendingin terjadi pengerutan mengakibatkan retak.
Gambar 17.  Retak kaki burung








L. Pengujian Las Non Destructive
Pengujian ini dilakukan dengan tanpa merusak bagian konstruksi yang diuji , pengujian-pengujian ini termasuk dalam kelompok pengujian las non destructive adalah pengujian untuk mengetahui cacat, baik luar maupun cacat didalam .
Jenis dan cara pengujian tak termasuk antara lain :
1.      Pengujian Radiografi
Pengujian radiografi pada dasarnya adalah penyinaran. Contoh uji sinar bertenaga tingguseperti sinar x dan sindar yang dapat menembus logam. Alat penting untuk penilaian. Hasil penyinaran adalah penetrometer, alat ukur penembusan sinar. Hasil pemotretan akan sangat tergantung dari kekuatan pada sinar dan lamanya waktu penyinaran.
Gambar 1. Pengujian radiografi

2.      Pengujian Ultrasonik
Dalam pengujian ini suatu gelombang suara dengan frekuensi tinggi dirambatkan kedalam logam yang diuji dengan menggunakan alat yang dapat dikirim dan menerima gelombang suara yang dinamakan proba. Oleh adanya permukaan cacat, suara yang dikirimkan akan dipantulkan dan diterima kembali oleh proba. Penerima oleh proba ini dengan menggunakan tabung sinar katoda atau dengan kertas pencatat. Disamping proba tegak terdapat juga proba miring.
Gambar 2. Pengujian dengan ultrasonic

3.      Pengujian dengan seerbuk magnet
Pada logam ferromagnetik yang mempunyai cacat diletakkan dalam medan magnet , maka pada tempat cacat tersebut akan terjadi kebocoran magnet bila pada permukaan logam ini ditaburkan serbuk besi maka serbuk besi akan mengikuti pola medan magnet. Dengan cara ini maka cacat di dalam ferromagnetik dapat ditentukan bila arah cacat tidak diketahui maka perlu diadakan pengujian dari 2 arah . keadaan permukaan juga mempengaruhi kepekaan, karena permukaan tersebut harus halus, bersih dan kering.
Gambar 4.  Pengujian dengan serbuk magnet
(Sumber : http//scribd.com/mesin.welding.html)

4.      Pengujian Elektromagnetik
Pengujian ini didasarkan atas terjadinya arus pada logam yang diuji.Besarnya cacat dihubungkan dengan besarnya arus yang terjadi.

Gambar 5.  Pengujian dengan elektroda
(Sumber :http//scribd.com/mesin.welding.html)


M.  Teknik-teknik penarikan Alur
Ada dua macam gerakan elektroda pada saat pengelasan yaitu :
1.      Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak busur listrik agar tetap stabil.
Gambar 1.  Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda
(Sumber: http://listiyonobudi.blogspot.com/2011/03/jenis-jenis-sambungan-las.html)

2.      Gerakan Ayunan elektroda
Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki. Ayunan keatas mengahsilkan jalur las yang kecil sedangkan kebawah menghasilkan jalur gas yang lebar. Peleburan las ayunkan kearah dangkal dan kebawah.


Gambar 2. Gerakan ayunan elektroda
(Sumber: http://las-listrik.blogspot.com/2009/03/gerakan-elektroda.html)

3.      Alur segitiga
Alur segitiga dipakai pada jenis elektroda hidrogen rendah untuk mendapatkan penembusan las yang baik diantarkan dua celah plat. Perhatikan tiap tanda titik menyatakan bahwa gerakan elektroda memerlukan pengungsian sebentar untuk memberi kesempatan pada cairan las mengisi celah sambungan.
Gambar 3.  Alur Segitiga



4.      Penembusan yang dilahirkan dengan gerakan-gerakan ayunan tidak sebaik dengan gerakan lurus elektroda.Waktu yang digunakan untuk ayunan lebih lama, sehingga dapat menimbulkan kemauan atau perubahan bentuk dari bahan dasar. Oleh karena itu, makan penggunaan gerakan ayunan harus memperhatikan tebal bahan dasar.
Gambar 4.  Penembusan yang di lahirkan
(Sumber: http://las-listrik.blogspot.com/2009/03/gerakan-elektroda.html)
  






  N. Pengaruh Besar Arus Terhadap Hasil  Las
            1.bila arus terlalu rendah,akan mengakibatkan
·         pengertian busur listrik sukar dan listrik yang terjad itidak mampu melelehkan elektroda dan bahan dasar yang kurang baik karena terlalu nanyak tumpukan logam gas .
·         penembusan kurang baik
·         pinggiran pinggiran dingin
`
Gambar 1.  Pengaruh besar arus mesin las
(Sumber:http://obstetriginekologi.com/artikel/pengaruh+arus+pengelasan+terhadap+kekuatan+tarik.html)

1.      Bila arus terlalu tinggi,elektrodaakan mencair terlalu cepat dan menghasilkan :
·         permukaan las yang lebih besar
·         penembusan terlalu dalam
·         terjadi pori pori (under cutting sepanjang las)
Gambar 2.  Bila arus tinggi
















O. Pengaruh Jarak Busur Terhadap Hasil Las
Jarak busur yang tepat (l)adalah ruang lebih sama dengan diameter kawat las
1.      Bila jarak belum tepat (l=d)
Maka cairan elektroda dan mengalir dengan menghadap dengan baik dan akan berbentuk , misalnya :
·         rigi rigi las yang halus
·         tembusan las yang baik
·         paduan dengan bahan yang baik
Gambar 1.  Jarak belum dapat tempat

2.      Bila jarak busur terlalu jauh
Maka akan membentuk misalnya :
·         rigi-rigi las yang kasar
·         tembusan las yang kasar
·         retakan keraknya kasar dan keluar dari jalur las.
Gambar 2. Jarak busur terlalu jauh

3.      Bila busur las terlalu pendek(i<o)
Maka akan sukur melihatnya dimana akan terbentuk pembekuan elektroda pada pengelasan akan terbentuk misalnya :
·         Rigi-rigi las yang tidak merata
·         tembusan las terkadang baik
·         jalan las terlalu pendek
·         retakan terak terlalu besar
·         berbentuk bola
Gambar 3. Busur terlalu pendek
P. Pengaruh Kecepatan Penarikan Terhadap Hasil Las
Untuk menghasilkan rigi-rigi yang sama rata dan halus.kecepatan tarik atau dorong elektroda waktu mengelas harus stabil apabila elektroda digerakkan.
1.      Tepat dan stabil
  Menghasilkan daerah perpaduan dengan bahan dasar dan penembusan lasnya baik.
Gambar 1. Las tepat dan stabil

2.      Terlalu cepat
Menghasilkan penembusan las yang dangkal. Karena pemanasan bahan dasar kurang dari cairan
Gambar 2. Terlalu cepat
3.      Terlalu lambat
Menghasilkan jalur yang kuat dan lebar.hal ini Dapat pula menimbulkan sisi las.terutama bila bahan dasaryang di las tipis
Gambar 3.  Las terlalu lambat









Q. Perlengkapan Pengelasan
Perlengkapan pengelasan adalah alat-alat yang digunakan untuk menunjang dalam proses pengelasan, dimana jika alat-alat ini tidak ada maka proses pengelasan tidak bisa berjalan dengan baik.
Adapun Perlengkapan pengelasan sebagai berikut :
a.        Pemegang Elektroda
Pemegang elektroda digunakan untuk menjepit elektroda las. Alat ini terdiri dari mulut penjepit dan pegangan yang dibungkus penyekat. Gambar di bawah ini  memperlihatkan salah satu contoh :
Gambar 1. Pemegang elektroda
(Sumber : http://smkypfatahillahclg.blogspot.com/2011/06/alat-alat-pengelasan.html)

b.      Klem massa (penjepit benda keras)
Klem massa digunakan untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja, agar arus listrik dapat mengalir dengan baik maka klem massa biasanya dibuat dari bahan penghantar yang baik, misalnya tembaga.
Gambar 2. Klem massa
(Sumber : http://smkypfatahillahclg.blogspot.com/2011/06/alat-alat-pengelasan.html)
c.       Kabel Las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karet isolasi Yang disebut kabel las ada tiga macam yaitu :
·         kabel elektroda
·         kabel massa
·         kabel tenaga
Inti kabel penghantar arus ini biasanya terbuat dari tembaga yang dipimtal , dibungkus isolator.
Gambar 3. Kabel las
R.  Alat Bantu Pengelasan
Alat bantu pengelasan adalah alat yang digunakan untuk membantu dalam proses pengelasan. Ada atau tidak adanya alat bantu pengelasan , proses pengelasan akan tetap berlangsung/ berproses.Beberapa alat bantu pengelasan adalah sebagai berikut :
a.       Mesin Gerinda Tangan
Mesin gerinda tangan digunakan untuk merapikan bagian las pada benda kerja supaya permukaannya rata.
Gambar 1. Mesin gerinda tangan
(Sumber: http://darikami.perkakasku.com/2008/02/28/mesin-gerinda-tangan-mesin-yang-serba-guna/)
b.      Ragum
Ragum adalah alat yang digunakan untuk menjepit benda kerja pada saat melakukan gerinda.
Gambar 2. Ragum
(Sumber: http://indoteknik.com/print_catalog.php?manufacturers)
c.       Palu Las
Palu las digunakan untuk memukul kampuh las pada benda kerja (hasil pengelasan) agar kuat.
Gambar 3. Palu las

d.      Penitik dan penggores
Penitik dan penggores digunakan untuk menandai benda kerja yang akan dilas.
Gambar 4. Penitik dan penggores



e.       Helm Las
Gunanya untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las  (ultra violet dan inframerah). Sinar las yang terang itu tidak boleh dilihat dengan mata langsung sampai jarak 15 meter.Kaca dari helem las atau topeng las adalah khusus yang dapat mengurangi sinar las tersebut. Dan melindungi kaca khusus tersebut dari percikan las, dipakailah kaca kaca bening pada bagian luarnya.
Gambar 5. Helm Las
f.       Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari panas , kontak listrik dan bunga api.
Gambar 6. Sarung tangan las
g.      Mistar kerja dan Rol Meter
Mistar kerja dan Rol meter digunakan untuk mengukur , mengatur/menentukan benda kerja.
Gambar 7.  Mistar kerja dan rol meter
(Sumber: http://karimalamin.blogspot.com/2012/02/mistar-dan-meteran.html)

h.      Kikir
Kikir digunakan untuk meratakan atau menghasilkan permukaan halus dari hasil pengelasan (kampuh) pada benda kerja.
Gambar 8. Kikir
(Sumber: http://www.anekamaju.com/86-kikir-saw-file)






i.        Gergaji Tangan
Gergaji tangan digunakan untuk meratakan kedua tepi benda yang akan dilas agar penyambungannya lebih rata.
Gambar 9. Gergaji tangan

j.        Pakaian Las
Pakaian Las digunakan untuk melindungi tubuh operator yang tidak dapat ditangkal dengan alat keselamatan benda kerja.
Gambar 10. Pakaian las


k.      Sikat Baja
Sikat Baja digunakan untuk menyikat kawah las yang tidak mungkin digunakan oleh pada las.
Gambar 11. Sikat baja

l.        Tang
Tang berfungsi untuk mengangkat benda kerja yang masih panas akibat pengelasan.
Gambar 12. Tang




m.    Kamar las
Kamar las dibuat dari bahan tahan api. Kamar las penting, yaitu agar orang yang ada di sekitar tidak terganggu oleh bahaya las.
Untuk mengeluarkan gas, sebaiknya kamar las dilengkapi dengan sistem ventilasi. Kamaar las dilengkapi dengan meja las yang bebas dari bahaya kebakaran. Di sekitar kamar las ditempatkan alat pemadam kebakaran dan pasir.
Gambar 13. Kamar las
(Sumber: http//pengelasan.blogspot.com)
n.      Kaca Mata
Kaca mata digunakan untuk melindungi Welder sebelum dan sesudah pengelasan.
Gambar 14. Kacamata las
(Sumber: http://www.anekamaju.com/86-kacamatalas-file)
o.      Masker las
Masker las digunakan saat tidak memungkinkan adanya kamar las ventilasi yang baik. Supaya terhindar dari asap serta debu las.
Gambar 15. Masker las
(Sumber: http://www.anekamaju.com/86-masker-las-file)
p.      Apron
Apron adalah alat pelindung dari percikan bunga api . apron biasanya terbuat dari kulit asbes.
Gambar 16. Apron

q.      Sepatu Las
Berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api. Jika tidak ada sepatu las, pakailah sepatu biasa yang rapat, jangan sampai mudah kemasukan percikan bunga api.
(Sumber: http//teknik-pengelasan-bag.-2.htm)

Gambar 17. Sepatu las






S. Welding Inspector
Welding Inspector atau inspektur pengelasan adalah seorang profesional yang sangat terlatih yang bertanggung jawab untuk menjamin keselamatan dan kualitas berbagai proyek pengelasan.
Inspektur pengelasan bertanggung jawab untuk menganalisis dan mengevaluasi pekerjaan pengelasan untuk memastikan bahwa pengukuran adalah kode las yang tepat dan yang tepat dan standar keselamatan telah diikuti. Inspektur pengelasan harus memeriksa berbagai struktur logam, termasuk kapal, jembatan, pabrik, tanaman dan kilang minyak. Sementara sebagian besar proses pemeriksaan dilakukan secara visual, inspektur pengelasan juga dapat menggunakan mesin sinar-X untuk pengukuran lebih tepat. Inspektur pengelasan biasanya bertugas mengawasi proyek pengelasan tertentu dari awal sampai akhir.
Karena ada lebih dari 80 jenis metode pengelasan, inspektur pengelasan diperlukan untuk menjadi master sejati perdagangan las. Inspektur pengelasan harus mengetahui prosedur pengelasan berbagai bahan serta kode pengelasan banyak dan standar. Inspektur pengelasan sukses memiliki matematika yang sangat baik, komunikasi dan kemampuan memecahkan masalah. Mereka juga harus memiliki keterampilan ahli dalam membaca cetak biru dan rencana las untuk memastikan bahwa pekerjaan pengelasan telah dilakukan sesuai dengan spesifikasi kualitas dan standar keselamatan.

Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS), pertumbuhan pekerjaan diharapkan untuk semua jenis inspektur konstruksi harus meningkatkan sampai 2016. Inspektur bersertifikat memiliki kesempatan kerja terbaik, terutama di daerah perkotaan di mana konstruksi bangunan jembatan dan besar lebih umum. Mayoritas inspektur las yang bekerja di perusahaan rekayasa struktural atau sipil, perusahaan konstruksi, lembaga keamanan pemerintah yang mengatur, organisasi manufaktur dan perusahaan konstruksi. BLS melaporkan bahwa gaji tahunan rata-rata untuk inspektur tercatat sebesar sekitar $ 47.000 pada tahun 2006.
Gambar 1. Welding Inspector


T. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1.  Kecelakaan karena cahaya dan sinar cahaya dan sinar yang berbahaya
a.       sinar ultra violet
Sinar yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh.bila sinar reaksi ultra violet yang terserap oleh lensa dan kornea mata melebihi jumlah tertentu maka pada mata akan terasa seakan akan ada orang berada asing di dalamnya
b.      cahaya tampak
Semua cahaya tampak terlalu kuat maka mata akan segera akan menjadi lelah.kalau terlalu lama akan terasa sakit
c.       sinar infra merah
Pengaruhnya terhadap panas sama dengan pengaruhnya panas yaitu menyebabkan pembengkatan kelopak mata.terjadinya penyakit kornea presbiopi yang terlalu dini dan terjadinya kerabunan.
Gambar 1. Sinar pada pengelasan
(Sumber: http://fianfabrikasi.blogspot.com/2011/09/pengelasan.html)
            Pelindung :
                                 i.            Pelindung mata
Pelindung mata (geogle) harus mampu menurunkan kekuatan pencairan cahaya tampak dan harus mampu menyerap atau melindungi mata dari pencarian sinarultra violet dan inframerah.

Hal-hal yang perlu diketahui dalam memiliki geogle :
1.      Harus mempunyai daya panas yang tetap terhadapa cahaya tampak.
2.      Harus mampu menahan sinar yang berbahaya
3.      Harus mempunyai sifat tidak melelahkan mata
4.      Harus tahan lama dan mempunyai sifat yang tidak mudah rusak
5.      Harus memberikan rasa nyaman kepada sipemakai
Gambar 2. Pelindung mata
(Sumber: http://indonetwork.co.id/abadi_teknik18/2559471/kaca-mata-las.htm)

                               ii.            Pelindung Muka
Digunakan untuk melindungi seluruh muka terhadap kebakaran kulit sebagai akibat dari cahaya besar, perakan dan lainnya.
Gambar 3 Pelindung Muka
(Sumber:http://indonetwork.co.id/abadi_teknik18/2559471/pelindungmuka.htm)
                             iii.            Pelindung lainnya
Untuk melindungi pekerja lainnya, biasanya tempat mengelas di bengkel harus dipisahkan dari tempat kerja/pekerja yang lain. Bila pengelasan berpindah-pindah maka harus digunakan tabir pelindung muka.
Gambar 4. Kamar Las
(Sumber :http//pengelasan.blogspot.com)
2.                  Kecelakaan karena Listrik
Banyak sekali jenis kecelakaan yang ditimbulkan oleh listrik dan akibatnya dapat sampai pada kematian.
Pencengahan bahaya listrik
·         Penggunaan mesin dengan tegangan kedua yang  rendah berdasarkan hondar III dipersyaratkan agar tegangan ini setinggi-tingginya 95 V.
·         Penggunaan alat penurunan tangga armetik alat penurunan tegangan ini hanya hanya digunakan pada mesin las arus bolak balik karena pada mesin arus searah tegangan kedua biasanya lebih rendah dan kejutan listrik yang terjadi juga kurang  membahaykan.
·         Penggunaan pemegang elektroda yang berisolator dalam hal ini pemegang elektroda hamper seluruhnya tertutup isolator kecuali pada bagian yang berhubungan dengan elektroda.
·         Penggunaan kabel pengelasan yang sesuai, biasanya kecelakaan di sebabkan karena adanya kerusakan isolator.

3.      Pengaruh dan pengawas lingkungan
a.       Ventilasi
Tujuan untuk membuang debu asap atau gas sehingga udara dalam ruangan kerja bersih , untuk iyu ada 2 pelaksanaan yaitu ventilasi seluruh gedung dan ventilasi setempat.
Gambar 5. Ventilasi
(Sumber: http://student.eepis-its.edu/~ucil/poto/Photo/)

b.      Pelindung pernapasan
Bila pembersian udara dengan ventilasi tidak mungkin untuk dilaksanakan atau tidak mencukupi , sehingga diperkirakan dapat membahayakan / maka pekerja ditempat las diharapkan memakai alat pernapasan pelindung debu dan pelindung racun .
   Jenis-jenis alat ini ada 2 jenis
1.      Jenis Langsung
Pelindung ini memiliki konstruksi menyatu dengan pelindung mat alas, memudahkan dalam penggunaannya.
Gambar 6. Pelindung pernapasan langsung
(Sumber: http://www.tradeage.com/id/sale/100-las-atas)
2.      Jenis Terpisah
Jenis ini terpisah dengan pelindung muka, memungkinkan untuk digunakan dengan pelindung muka yang berbeda ataupun tanpa pelindung muka.

Gambar 7. Jenis terpisah
(Sumber: http://jogjasafety.indonetwork.co.id/2241565/jual-masker-dan-respiratory-untuk-pelindung-debu-dan-asap.htm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar