A.
SISTEM PENGAPIAN CDI-AC
Sistem CDI-AC pada umumnya terdapat pada
sistem pengapian elektronik yang suplai tegangannya berasal dari source coil
(koil pengisi/sumber) dalam flywheel magnet (flywheel generator).
1. Cara Kerja Sistem Pengapian CDI-AC
Pada saat magnet permanen (dalam
flywheel magnet) berputar, maka akan dihasilkan arus listrik AC dalam bentuk
induksi listrik dari source coil . Arus ini akan diterima oleh CDI unit dengan
tegangan sebesar 100 sampai 400 volt. Arus tersebut selanjutnya dirubah menjadi
arus setengah gelombang (menjadi arus searah) oleh diode, kemudian disimpan
dalam kondensor (kapasitor) dalam CDI unit.
Rangkaian CDI unit bisa dilihat dalam gambar dibawah.
Kapasitor tersebut tidak akan melepas arus yang disimpan sebelum SCR
(thyristor) bekerja.
Pada saat terjadinya pengapian, pulsa generator akan
menghasilkan arus sinyal. Arus sinyal ini akan disalurkan ke gerbang (gate)
SCR. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
Dengan adanya trigger (pemicu) dari
gate tersebut, kemudian SCR akan aktif (on) dan menyalurkan arus listrik dari
anoda (A) ke katoda (K) (lihat posisi anoda dan katoda pada gambar
Dengan berfungsinya SCR tersebut,
menyebabkan kapasitor melepaskan arus (discharge) dengan
cepat. Kemudian arus mengalir ke kumparan primer (primary coil) koil pengapian
untuk menghasilkan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt sebagai tegangan
induksi sendiri (lihat arah panah aliran arus pada kumparan primer koil).
Akibat induksi diri dari kumparan primer tersebut,
kemudian terjadi induksi dalam kumparan sekunder dengan tegangan sebesar 15 KV
sampai 20 KV. Tegangan tinggi tersebut selanjutnya mengalir ke busi dalam bentuk
loncatan bunga api yang akan membakar campuran bensin dan udara dalam ruang
bakar. Terjadinya tegangan tinggi pada koil pengapian adalah saat koil pulsa
dilewati oleh magnet, ini berarti waktu pengapian (Ignition Timing) ditentukan
oleh penetapan posisi koil pulsa, sehingga sistem pengapian CDI tidak
memerlukan penyetelan waktu pengapian seperti pada sistem pengapian
konvensional. Pemajuan saat pengapian terjadi secara otomatis yaitu saat
pengapian dimajukan bersama dengan bertambahnya tegangan koil pulsa akibat
kecepatan putaran motor. Selain itu SCR pada sistem pengapian CDI bekerja lebih
cepat dari contact breaker (platina) dan kapasitor melakukan pengosongan arus
(discharge) sangat cepat, sehingga kumparan sekunder koil pengapian teriduksi
dengan cepat dan menghasilkan tegangan yang cukup tinggi untuk memercikan bunga
api pada busi.
B. SISTEM PENGAPIAN CDI-DC
Sistem pengapian CDI ini
menggunakan arus yang bersumber dari baterai. Prinsip dasar CDI-DC adalah
seperti gambar di bawah ini:
Berdasarkan gambar di
atas dapat dijelaskan bahwa baterai memberikan suplai tegangan 12V ke sebuah
inverter (bagian dari unit CDI). Kemudian inverter akan menaikkan tegangan
menjadi sekitar 350V. Tegangan 350V ini selanjutnya akan mengisi
kondensor/kapasitor. Ketika dibutuhkan percikan bunga api busi, pick-up
coil akan memberikan sinyal elektronik ke switch (saklar) S untuk menutup.
Ketika saklar telah menutup, kondensor akan mengosongkan (discharge) muatannya
dengan cepat melalui kumparan primaer koil pengapian, sehingga terjadilah
induksi pada kedua kumparan koil pengapian tersebut.
Jalur kelistrikan pada sistem
pengapian CDI dengan sumber arus DC ini adalah arus pertama kali dihasilkan
oleh kumparan pengisian akibat putaran magnet yang selanjutnya disearahkan
dengan menggunakan Cuprok (Rectifier) kemudian dihubungkan ke baterai untuk
melakukan proses pengisian (Charging System). Dari baterai arus ini dihubungkan
ke kunci kontak, CDI unit, koil pengapian dan ke busi. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar berikut :
Cara kerja sistem pengapian CDI
dengan arus DC yaitu pada saat kunci kontak di ON-kan, arus akan mengalir dari
baterai menuju sakelar. Bila sakelar ON maka arus akan mengalir ke kumparan
penguat arus dalam CDI yang meningkatkan tegangan dari baterai (12 Volt DC
menjadi 220 Volt AC). Selanjutnya, arus disearahkan melalui dioda dan kemudian
dialirkan ke kondensor untuk disimpan sementara. Akibat putaran mesin, koil
pulsa menghasilkan arus yang kemudian mengaktifkan SCR, sehingga memicu
kondensor/kapasitor untuk mengalirkan arus ke kumparan primer koil pengapian.
Pada saat terjadi pemutusan arus yang mengalir pada kumparan primer koil
pengapian, maka timbul tegangan duksi pada kedua kumparan yaitu kumparan primer
dan kumparan sekunder dan menghasilkan loncatan bunga api pada busi untuk
melakukan pembakaran campuran bahan bakar dan udara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar